Minggu, 02 Mei 2010

KTI PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA -TANDA BAHAYA MASA NIFAS

PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA -TANDA BAHAYA MASA NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS PESANGGARAN KECAMATAN PESANGGARAN

KABUPATEN BANYUWANGI




BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kematian dan kesakitan akibat komplikasi kehamilan, persalinan, nifas saat ini di dunia masih sangat tinggi. Tahun 2007 setiap 1 menit di dunia seorang ibu meninggal dunia. Dengan demikian dalam 1 tahun ada sekitar 600.000 orang ibu meninggal sia-sia saat melahirkan. Sedangkan di Indonesia dalam 1 jam terdapat 2 orang ibu meninggal karena komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas (Ide Bagus, 2009).

Di Propinsi Jawa Timur pada tahun 2007 terdapat 690.282 jumlah ibu hamil, dari sejumlah kelahiran, tercatat 354 kasus kematian maternal, yang terjadi pada saat kehamilan 65 orang, kematian pada saat persalinan 221 orang dan kematian ibu nifas 68 orang ( Raffel Subakhi, 2008).

Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6-8 minggu ( Sarwono Prawirohardjo, 2005). Dimana selama waktu tersebut pada seorang ibu nifas seringkali terjadi masalah tanda bahaya masa nifas. Hal ini sangat penting dan perlu untuk di ketahui oleh ibu nifas. Karena dengan di ketahuinya tanda bahaya masa nifas, bila terjadi masalah tersebut akan di ketahui atau terdeteksi secara dini adanya suatu komplikasi.

Pada wanita atau ibu nifas penjelasan mengenai tanda-tanda bahaya masa nifas sangat penting dan perlu, oleh karena masih banyak ibu atau wanita yang sedang hamil atau pada masa nifas belum mengetahui tentang tanda-tanda bahaya masa nifas, baik yang diakibatkan masuknya kuman kedalam alat kandungan seperti eksogen (kuman datang dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh) dan endogen (dari jalan lahir sendiri) (Prawirohardjo, 2005).

Hasil studi pendahuluan di Wilayah Puskesmas Pesanggaran pada bulan Juni 2009, di dapatkan data dari 9 orang ibu nifas, yang mempunyai masalah masa nifas di antaranya 1 orang dengan masalah penyulit menyusui yaitu bendungan ASI, 1 orang ibu nifas dengan masalah infeksi pada bekas jahitan dan 1 orang ibu nifas dengan masalah sub-involusi karena adanya sisa plasenta.

Berdasarkan uraian di atas di dapatkan 3 orang yang mempunyai masalah bahaya masa nifas. Data tersebut merupakan sebagian data dari ibu nifas dengan masalah bahaya masa nifas, yang di ketahui atau terdeteksi oleh tenaga kesehatan. Tapi sebenarnya masih banyak ibu nifas yang mengalami masalah bahaya masa nifas, yang tidak di ketahui atau terdeteksi oleh tenaga kesehatan. Penyebab tidak di ketahuinya masalah bahaya masa nifas yaitu kurangnya pengetahuan ibu nifas. Dimana yang mempengaruhi pengetahuan dari ibu nifas yaitu faktor yang mempengaruhi pengetahuan (pendidikan, usia, pekerjaan, informasi, pengalaman, lingkungan, sosial ekonomi, sosial budaya) dan juga konseling dari tenaga kesehatan selama kehamilan dan setelah persalinan (Notoadmodjo, 2005).

Asuhan masa nifas sangat di perlukan dalam periode ini karena masa nifas merupakan masa kritis untuk ibu dan bayi. Dengan demikian di perlukan suatu upaya untuk mencegah terjadinya suatu masalah tanda bahaya masa nifas. Untuk itu di perlukan suatu peran serta dari masyarakat terutama ibu nifas untuk memiliki pengetahuan tentang tanda-tanda bahaya masa nifas. Selain itu juga di perlukan peran serta dari tenaga kesehatan dengan memberikan konseling selama kehamilan, setelah persalinan, dan melakukan kunjungan rumah yaitu KN.1 dan KN.2 sesuai standart pelayanan. Dari upaya tersebut di harapkan dapat mengetahui dan mengenal secara dini tanda-tanda bahaya masa nifas, sehingga bila ada kelainan dan komplikasi dapat segera terdeteksi (Prawirohardjo, 2005).

Memperhatikan angka kematian ibu dan perinatal dapat diperkirakan bahwa sekitar 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Salah satu faktor penting dalam upaya penurunan angka kematian tersebut yaitu penyediaan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jumlah tenaga medis dan non paramedis di perbanyak sehingga pelayanan kesehatan umumnya dan pelayanan kebidanan khususnya mutu dan jangkauannya, secara bertahap di tingkatkan (Rustam Mochtar, 2002).

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

  1. Batasan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini, dibatasi hanya sebatas tahu tentang pengetahuan ibu nifas tentang tanda-tanda bahaya masa nifas.

  1. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Bagaimanakah Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Tanda-Tanda Bahaya Masa Nifas Di Wilayah Puskesmas Pesanggaran Kecamatan Pesanggaran Kabupaten Banyuwangi?

3. tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengetahuan ibu nifas tentang tanda-tanda bahaya masa nifas di wilayah Puskesmas Pesanggaran Kecamatan Pesanggaran Kabupaten Banyuwangi.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis.

Penelitian ini sangat bermanfaat untuk mengetahui secara spesifik mengenai gambaran pengetahuan ibu nifas tentang tanda-tanda bahaya masa nifas.

2. Secara Praktis.

Meningkatkan kualitas pengetahuan kesehatan khususnya tentang tanda-tanda bahaya masa nifas.

3. Bagi Peneliti.

Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penerapan ilmu pada bidang asuhan kebidanan nifas khususnya tentang tanda-tanda bahaya masa nifas.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Konsep Pengetahuan

a. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini tejadi setelah seseorang melakukan suatu pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan tejadi melalui panca indra manusia yaitu indra penglihatan, penciuman, rasa, raba, dan pengecapan. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga (Soekidjo Notoadmodjo, 2005).

Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung 2 aspek positif dan aspek negatif. Ke-2 aspek inilah yang akan menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari objek di ketahui maka menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tesebut.

b. Tingkat Pengetahuan

Menurut Soekidjo Notoadmodjo (2005), tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif terdiri dari 6 tingkatan :

1) Tahu ( Know )

Pengetahuan di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali ( Recall ) terhadap yang spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah di terima, oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain, menyebutkan menguraikan mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

2) Memahami ( Comprehension )

Memahami di artikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang di ketahui dan dapat di interpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya.

3) Aplikasi ( Aplication )

Aplikasi dapat di artikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di pelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya ). Aplikasi di sini dapat di artikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya. Dalam konteks atau kondisi yang lain.

4) Analisis ( analysis )

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat di lihat dari penggunaan kata kerja seperti : pengelompokan, membedakan, dan sebagainya.

5) Sintesis ( Syntesis )

Syntesis adalah suatu kemampuan meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada misal: dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya, terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi ( Evaluation )

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian- penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang telah ada, misal: dapat menafsirkan tanda bahaya nifas.

c. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Soekidjo Notoadmodjo (2005), cara memperoleh pengetahuan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat di kelompokkan menjadi 2, yaitu :

1) Cara tradisional atau Non-Ilmiah

Cara tadisional untuk memperoleh pengetahuan, antara lain meliputi :

a) Cara coba-salah ( Trial and Error )

Cara ini paling tradisional yang pernah di gunakan oleh manusia untuk memperoleh pengetahuan yaitu melalui cara coba-coba. Cara ini telah di pakai orang sebelum adanya peradaban. Pada waktu itu seseorang apabila menghadapi masalah, upaya pemecahan nya dengan cara coba-coba saja. Cara coba-coba ini di lakukan dengan menggunakan kemungkinan memecahkan masalah, apabila tidak berhasil di coba kemungkinan yang lain sampai masalah terselesaikan.

b) Cara Kekuasaan atau Otoriter

Sumber pengetahuan tersebut berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya. Dengan kata lain, pengetahuan tesebut dapat diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik tradisi otoritas pemerintahan, otoritas pemerintahan agama maupun ahli ilmu pengetahuan. Dimana prinsip ini orang lain berpendapat yang di kemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas tanpa menguji dulu atau membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris atau penalaran sendiri.

c) Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman pribadi dapat di gunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini di lakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang di peroleh dalam memecahkan permasalahan yang di hadapi pada masa yang lalu, bila gagal dengan cara tersebut ia tidak akan mengulangi cara itu dan berusaha untuk mencari cara lain sehingga dapat berhasil memecahkannya.

d) Melalui Jalan Pikiran

Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan. Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui pernyataan-pernyataan khusus kepada yang umum di sebut induksi. Sedangkan deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum kepada yang khusus.

2) Cara modern atau Ilmiah

Cara baru memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah yang di sebut metode penelitian ilmiah. Kemudian metode berpikir induktif yang di kembangkan oleh B.Bacon di lanjutkan oleh Van Dalen bahwa dalam memperoleh kesimpulan di lakukan dengan mengadakan observasi langsung dan membuat pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang di amati.

d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Soekidjo Notoadmodjo (2005) mengemukakan ada 5 faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan, sebagai berikut :

1) pendidikan

Menurut Kuncoroningrat yang di kutip oleh Nur Salam (2003) menyebutkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin mudah menerima informasi, sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang di miliki, sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang di perkenalkan.

Jadi pendidikan menuntun manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan, pendidikan di perlukan untuk mendapatkan informasi.

2) Usia

Menurut Elisabeth yang di kutip oleh Nur Salam (2003), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat di lahirkan sampai saat berulang tahun, semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.

Menurut Long yang di kutip oleh Nur Salam (2003), makin tua umur seseorang, makin konstruktif dalam menghadapi masalah yang di hadapi.

3) Pekerjaan

Seseorang yang bekerja pengetahuannya akan lebih luas dari pada seseorang yang tidak bekerja, karena dengan bekerja seseorang akan mempunyai banyak informasi dan pengalaman.

4) Informasi

Dengan memberikan informasi tentang kebiasaan hidup sehat dan cara pencegahan penyakit diharapkan akan terjadi peningkatan pengetahuan sikap dan perilaku kesehatan dalam diri individu / kelompok sasaran yang berdasarkan kesadaran dan kemauan individu yang bersangkutan (Notoatmodjo: 2005).

5) Pengalaman

Menurut Notoadmodjo (2005) merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Pengalaman dapat menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar, sehingga dari pengalaman yang benar di perlukan berfikir yang logis dan kritis.

6) Lingkungan

Lingkungan berpengaruh terhadap pengetahuan, jika orang hidup dalam lingkungan yang berpikiran luas maka tingkat pengetahuan akan lebih baik dari pada orang yang tinggal di lingkungan orang yang berpikiran sempit.

7) Sosial Ekonomi

Mempengaruhi tingkah laku seseorang ibu atau masyarakat yang berasal dari sosial ekonomi tinggi di mungkinkan lebih memiliki sikap positif memandang diri dan masa depannya, tetapi bagi ibu-ibu atau masyarakat yang sosial ekonomi rendah, akan tidak merasa takut untuk mengambil sikap atau tindakan.

8) Sosial Budaya

Dapat mempengaruhi proses pengetahuan khususnya dalam penyerapan nilai-nilai sosial, kagamaan untuk memperkuat super egonya.

e. Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut Arikunto (2006), mengemukakan bahwa untuk mengetahui secara kualitas tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dapat dibagi menjadi empat tingkat yaitu :

1) Baik : 76 – 100 %

2) Cukup : 56 – 75 %

3) Kurang : 40 - 55 %

4) Buruk : <40>

2. Konsep Nifas

a. Pengertian Nifas

Nifas (puerperium) adalah dimulai setelah kelahiran placenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6-8 minggu (Prawirohardjo, 2005)

Masa nifas (puerperium) adalah di mulai setelah placenta lahir dan berakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira – kira 6 minggu (Prawirohardjo, 2002).

Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah partus selesai dan berakhir setelah kira – kira 6 minggu (Arif Mansjoer, 2001).

b. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Menurut Prawirohardjo (2002), tujuan asuhan masa nifas :

1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik.

2) Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya.

3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.

4) Memberikan pelayanan keluarga berencana.

c. Periode Masa Nifas

Menurut Arif Mansjoer (2002), nifas di bagi dalam 3 periode :

1) Puerperium dini yaitu kepulihan di mana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

2) Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6-8 minggu.

3) Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan, atau tahunan.

d. Kunjungan Masa Nifas

Menurut Prawirohadjo (2002) paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi.

1) 6 - 8 jam setelah melahirkan

a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan rujuk bila perdarahan berlanjut.

c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

d) Pemberian ASI awal.

e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.

2) 6 (enam) hari setelah melahirkan (persalinan)

a) Memastikan involusi uterus berjalan baik (normal) uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikus tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.

b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal.

c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat.

d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.

e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari­hari.

3) 2 (dua) minggu setelah persalinan

a) Memastikan involusi uterus berjalan baik (normal) uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikus tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.

b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal.

c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat.

d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyuIit.

e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari­ hari.

4) 6 (enam) minggu setelah persalinan

a) Menanyakan pada ibu tentang penyulit yang ibu atau bayi alami.

b) Memberikan konseling untuk KB secara dini.

e. Tanda-Tanda Bahaya Masa Nifas

Adalah suatu tanda yang abnormal yang mengindikasikan adanya bahaya/ komplikasi yang dapat terjadi selama masa nifas, apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu (Pusdiknakes,2003).

Tanda-tanda bahaya masa nifas, sebagai berikut :

1) Perdarahan Post Partum

Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 jam setelah anak lahir (Prawirohardjo, 2002)

Menurut waktu terjadinya di bagi atas 2 bagian :

a) Perdarahan Post Partum Primer (Early Post Partum Hemorrhage) yang terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir. Penyebab utama adalah atonia uteri, retensio placenta, sisa placenta dan robekan jalan lahir. Terbanyak dalam 2 jam pertama.

b) Perdarahan post partum sekunder (Late Post Partum Hemorrhage) yang terjadi setelah 24 jam, biasanya terjadi antara hari ke 5 sampai 15 post partum. Penyebab utama adalah robekan jalan lahir dan sisa placenta (Prawirohardjo, 2002).

Menurut Manuaba (2005), perdarahan post partum merupakan penyebab penting kematian maternal khususnya di negara berkembang.

Faktor-faktor penyebab perdarahan post partum adalah :

a) Grandemultipara.

b) Jarak persalinan pendek kurang dari 2 tahun.

c) Persalinan yang di lakukan dengan tindakan : pertolongan kala uri sebelum waktunya, pertolongan persalinan oleh dukun,persalinan dengan tindakan paksa, persalinan dengan narkosa.

2) Lochea yang berbau busuk (bau dari vagina)

Lochea adalah cairan yang dikeluarkan uterus melalui vagina dalam masa nifas sifat lochea alkalis, jumlah lebih banyak dari pengeluaran darah dan lendir waktu menstruasi dan berbau anyir (cairan ini berasal dari bekas melekatnya placenta).

Lochea dibagi dalam beberapa jenis (Rustam Mochtar, 2002) :

a) Lochea rubra (cruenta): berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekoneum, selama 2 hari pasca persalinan.

b) Lochea sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah dan lendir hari ke 3-7 pasca persalinan.

c) Lochea serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca persalinan.

d) Lochea alba: cairan putih, setelah 2 minggu.

e) Lochea purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.

f) Lochiostasis: lochea tidak lancar keluarnya.

Apabila pengeluaran lochea lebih lama dari pada yang disebutkan di atas kemungkinan adanya :

a) Tertinggalnya placenta atau selaput janin karena kontraksi uterus yang kurang baik.

b) Ibu yang tidak menyusui anaknya, pengeluaran lochea rubra lebih banyak karena kontraksi uterus dengan cepat.

c) Infeksi jalan lahir, membuat kontraksi uterus kurang baik sehingga lebih lama mengeluarkan lochea dan lochea berbau anyir atau amis.

Bila lochea bernanah dan berbau busuk, disertai nyeri perut bagian bawah kemungkinan diagnosisnya adalah metritis. Metritis adalah infeksi uterus setelah persalinan yang merupakan salah satu penyebab terbesar kematian ibu. Bila pengobatan terlambat atau kurang adekuat dapat menjadi abses pelvik, peritonitis, syok septik (Rustam Mochtar, 2002).

3) Sub-Involusi Uterus (Pengecilan Rahim yang Terganggu)

Involusi adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi rahim dimana berat rahim dari 1000 gram saat setelah bersalin, menjadi 40-60 mg 6 minggu kemudian. Bila pengecilan ini kurang baik atau terganggu di sebut sub-involusi (rustam Mochtar, 2002).

Faktor penyebab sub-involusi, antara lain: sisa plasenta dalam uterus, endometritis, adanya mioma uteri (Prawirohardjo, 2005).

Pada pemeriksaan bimanual di temukan uterus lebih besar dan lebih lembek dari seharusnya, fundus masih tinggi, lochea banyak dan berbau, dan tidak jarang terdapat pula perdarahan (Prawirohardjo, 2005).

Pengobatan di lakukan dengan memberikan injeksi Methergin setiap hari di tambah dengan Ergometrin per oral. Bila ada sisa plasenta lakukan kuretase. Berikan Antibiotika sebagai pelindung infeksi (Prawirohardjo, 2005).

4) Nyeri pada perut dan pelvis

Tanda-tanda nyeri perut dan pelvis dapat menyebabkan komplikasi nifas seperti : Peritonitis. Peritonitis adalah peradangan pada peritonium, peritonitis umum dapat menyebabkan kematian 33% dari seluruh kematian karena infeksi.

Menurut Rustam Mochtar (2002) gejala klinis peritonitis dibagi 2 yaitu :

a) Peritonitis pelvio berbatas pada daerah pelvis

Tanda dan gejalanya demam, nyeri perut bagian bawah tetapi keadaan umum tetap baik, pada pemeriksaan dalam kavum daugles menonjol karena ada abses.

b) Peritonitis umum

Tanda dan gejalanya: suhu meningkat nadi cepat dan kecil, perut nyeri tekan, pucat muka cekung, kulit dingin, anorexsia, kadang-kadang muntah.

5) Pusing dan lemas yang berlebihan

Menurut Manuaba (2005), pusing merupakan tanda-tanda bahaya pada nifas, pusing bisa disebabkan oleh karena tekanan darah rendah (Sistol <> 160 mmHg dan distolnya 110 mmHg. Pusing dan lemas yang berlebihan dapat juga disebabkan oleh anemia bila kadar haemoglobin <>

Lemas yang berlebihan juga merupakan tanda-tanda bahaya, dimana keadaan lemas disebabkan oleh kurangnya istirahat dan kurangnya asupan kalori sehingga ibu kelihatan pucat, tekanan darah rendah (sistol <>

a) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.

b) Makan dengan diit berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup.

c) Minum sedikitnya 3 liter setiap hari.

d) Pil zat besi harus di minum untuk menambah zat setidaknya selama 40 hari pasca bersalin.

e) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan kadar vitaminnya kepada bayinya.

f) Istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.

g) Kurang istirahat akan mempengaruhi produksi ASI dan memperlambat proses involusi uterus.

6) Suhu Tubuh Ibu > 38 0C

Dalam beberapa hari setelah melahirkan suhu badan ibu sedikit baik antara 37,20C-37,80C oleh karena reabsorbsi benda-benda dalam rahim dan mulainya laktasi, dalam hal ini disebut demam reabsorbsi. Hal itu adalah normal.

Namun apabila terjadi peningkatan melebihi 380C beturut-turut selama 2 hari kemungkinan terjadi infeksi. Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat genetalia dalam masa nifas (Rustam Mochtar, 2002).

Penanganan umum bila terjadi Demam :

a) Istirahat baring

b) Rehidrasi peroral atau infuse

c) Kompres atau kipas untuk menurunkan suhu

d) Jika ada syok, segera beri pengobatan, sekalipun tidak jelas gejala syok, harus waspada untuk menilai berkala karena kondisi ini dapat memburuk dengan cepat (Prawirohardjo, 2002).

Pencegahan Infeksi Nifas:

Menurut Rustam Mochtar (2002), pencegahan infeksi nifas sebagai berikut:

a) Masa kehamilan

Mengurangi atau mencegah faktor-faktor predisposisi seperti anemia, malnutrisi, dan kelemahan, serta mengobati penyakit­penyakit yang diderita ibu. Pemeriksaan dalam jangan dilakukan kalau tidak ada indikasi yang perlu. Begitu pula koitus pada hamil tua hendaknya dihindari atau dikurangi dan dilakukan hati- hati karena dapat menyebabkan pecahnya ketuban, kalau ini terjadi infeksi akan mudah masuk dalam jalan lahir.

b) Masa persalinan

1) Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan bila ada indikasi dengan sterilitas yang baik, apalagi bila ketuban telah pecah.

2) Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama.

3) Jagalah sterilitas kamar bersalin dan pakailah masker, alat-alat harus suci hama.

4) Perlukaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan baik pervaginam maupun perabdominam dibersihkan, dijahit sebaik-baiknya dan menjaga sterilitas.

5) Pakaian dan barang-barang atau alat-alat yang berhubungan dengan penderita harus terjaga kesuci­hamaannya.

6) Perdarahan yang banyak harus dicegah, bila terjadi darah yang hilang harus segera diganti dengan transfusi darah.

c) Masa nifas

1) Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi, begitu pula alat-alat dan pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kandungan harus steril.

2) Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus, tidak bercampur dengan ibu sehat.

3) Tamu yang berkunjung harus dibatasi.

7) Penyulit dalam Menyusui

Kelenjar mamae telah dipersiapkan semenjak kehamilan. Umumnya produksi ASI baru terjadi pada hari ke 2 atau 3 pasca persalinan. Pada hari pertama keluar kolostrum. Cairan yang telah kental lebih dari air susu, mengandung banyak protein, albumin, globulin dan kolostrum. Untuk dapat melancarkan ASI, dilakukan persiapan sejak awal hamil dengan melakukan massase, menghilangkan kerak pada puting susu sehingga duktusnya tidak tersumbat (Arif Mansjoer, 2001).

Untuk menghindari putting rata sebaiknya sejak hamil, ibu dapat menarik-narik putting susu dan ibu harus tetap menyusui agar putting selalu sering tertarik (Arif Mansjoer, 2001).

Sedangkan untuk menghindari putting lecet yaitu dengan melakukan tehnik menyusui yang benar, putting harus kering saat menyusui, putting diberi lanolin monelia di terapi dan menyusui pada payudara yang tidak lecet. Selain itu putting lecet dapat disebabkan oleh karena cara menyusui dan perawatan payudara yang tidak benar dan infeksi monelia, bila lecetnya luas, menyusui 24-48 jam dan ASI dikeluarkan dengan tangan atau dipompa (Arif Mansjoer, 2001).

Pengeluaran ASI pun dapat bervariasi seperti tidak keluar sama sekali (agalaksia), ASI sedikit (aligolaksia), dan terlalu banyak (poligalaksia) dam pengeluaran berkepenjangan (galaktoria) (Manuaba, 2005).

Beberapa keadaan Abnormal pada masa menyusui yang mungkin terjadi:

a) Bendungan ASI

Adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktoferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna/karena kelainan pada putting susu (Arif Mansjoer, 2001).

1) Penyebab

(a) Penyempitan duktus laktiferus

(b) Kelenjar kelenja yang tidak dikosongkan dengan sempurna

(c) Kelainan pada puting susu.

2) Gejala

(a) Timbul pada hari ke 3-5

(b) Payudara bengkak, keras, tegang, panas dan nyeri

(c) Suhu tubuh naik.

3) Penatalaksanaan

(a) susukan payudara sesering mungkin

(b) kedua payudara disusukan

(c) kompres hangat payudara sebelum disusukan

(d) bantu dengan rnemijat payudara untuk permulaan menyusui

sangga payudara

(e) kompres dingin pada payudara diantara menyusui.

(f) bila diperlukan berikan parasetamol 500 Mg. Peroral setiap 4 jam.

(Arif Mansjoer, 2001).

b) Mastitis

Adalah suatu peradangan pada payudara biasanya terjadi pada 3 minggu setelah melahirkan. Penyebab kuman terutama stapilokokus aureus melalui luka pada puting susu atau melalui peredaran darah (Arif Mansjoer, 2001).

Tanda dan Gejala :

(1) Payudara membesar dan keras

(2) payudara nyeri, dan bengkok

(3) payudara memerah dan membisul

(4) suhu badan naik dan menggigil

(Arif Mansjoer, 2001).

Penatalaksanaan :

(1) Beri antibiotik 500 mg/6 jam selama 10 hari.

(2) Sangga payudara

(3) Kompres dingin

(4) Susukan bayi sesering mungkin

(5) Banyak minum dan istirahat yang cukup

(6) Bila terjadi abses lakukan insisi radial

(Arif Mansjoer, 2001).

c) Abses Payudara

Adalah terdapat masa padat mengeras di bawah kulit yang kemerahan terjadi karena mastistis yang tidak segera diobati. Gejala sama dengan Mastistis terdapat bisul yang pecah dan mengeluarkan pus (nanah) (Arif Mansjoer, 2001).

B. Kerangka Konseptual

Menurut Notoadmodjo (2005), Konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi suatu pengertian, sedangkan Kerangka Konsep Penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu dengan konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian.

Dari uraian di atas, peneliti membuat kerangka konsep penelitian sebagai berikut:

Text Box: Faktor yang mempengaruhi pengetahuan: 1.	Pendidikan  2.	Usia 3.	Pekerjaan  4.	Informasi 5.	Pengalaman  6.	Lingkungan  7.	Sosial Budaya 8.	Sosial Ekonomi 9.



Pengetahuan ibu nifas tentang tanda-tanda bahaya masa nifas, meliputi :

1. Pengertian

2. Macam-macam tanda bahaya masa nifas

3. penatalaksaan

Tingkat Pengetahuan:

1. Tahu

Pengetahuan ibu nifas tentang tanda-tanda bahaya masa nifas cukup

Pengetahuan ibu nifas tentang tanda-tanda bahaya masa nifas baik

Pengetahuan ibu nifas tentang tanda-tanda bahaya masa nifas baik

Pengetahuan ibu nifas tentang tanda-tanda bahaya masa nifas baik

Pengetahuan ibu nifas tentang tanda-tanda bahaya masa nifas baik


Keterangan :

: di teliti

: tidak di teliti

Sumber : Notoatmodjo (2005), Modifikasi Nursalam (2003).

Gambar 2.1 kerangka konseptual pengetahuan ibu nifas tentang tanda–tanda bahaya masa nifas.

Penjelasan kerangka konseptual gambaran pengetahuan ibu nifas tentang tanda-tanda bahaya masa nifas.

Berdasarkan pengetahuan dari kerangka konseptual di atas dapat di jelaskan bahwa pengetahuan ibu di pengaruhi oleh faktor yang terdiri dari pendidikan, usia, pekerjaan, informasi, pengalaman, lingkungan, sosial ekonomi, dan sosial budaya. Dari faktor pengetahuan tersebut, semuanya tidak di teliti. Sedangkan pada tingkat pengetahuan yang di teliti hanya pada sebatas tahu saja yaitu tentang tanda-tanda bahaya masa nifas.

BAB 3

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancang-bangun Penelitian

Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yaitu desain yang bertujuan untuk mendeskripsikan (memaparkan) pengetahuan ibu nifas tentang tanda-tanda bahaya masa nifas. Dalam penulisan ini menggunakan desain penelitian survei, yaitu suatu desain yang digunakan untuk menyediakan informasi yang berhubungan dengan prevalensi, distribusi dan hubungan antar variabel dalam suatu populasi (Nursalam, 2003).

B. Variabel

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain) (Soeparto, Taat Putra, Haryanto, 2005) (Nursalam, 2003)

  1. Jenis Variabel

Variabel dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu nifas tentang tanda-tanda bahaya masa nifas.

  1. Definisi Operasional Variabel

Menurut Suyanto & Umi Salamah (2009), definisi operasional merupakan teori atau konsep yang telah di jabarkan dalam bentuk variabel penelitian tersebut agar variabel tersebut mudah di pahami, di ukur atau di amati.

Tabel 3.1 Definisi Operasional Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Tanda-Tanda Bahaya Masa Nifas

Variabel

Definisi Operasional

Kriteria

Skala

Pengetahuan ibu nifas tentang tanda-tanda bahaya masa nifas

Segala sesuatu yang di ketahui oleh seorang ibu nifas dalam periode masa nifas tentang tanda-tanda bahaya masa nifas , meliputi:

1. Pengertian

2. Macam-macam tanda bahaya masa nifas

3. Penatalaksanaan

Baik : 76–100%

Cukup : 56-75 %

Kurang : 40-55 %

Buruk : <>

(Arikunto, 2006)

Ordinal

C. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006). Pada penelitian ini populasinya adalah ibu nifas yang ada di Wilayah Puskesmas Pesanggaran Kecamatan Pesanggaran Kabupaten Banyuwangi tanggal 27 Juli – 8 Agustus 2009 dengan jumlah 34 orang.

D. Sampel

Sampel adalah sebagian yang di ambil dari keseluruhan objek penelitian dan di anggap mewakili populasi (Suyanto & Umi Salamah, 2009). Sampel yang di gunakan dalam penelitian ini adalah ibu nifas yang ada di Wilayah Puskesmas Pesanggaran Kecamatan Pesanggaran Kabupaten Banyuwangi tanggal 27 Juli – 8 Agustus 2009 dengan jumlah 34 orang.

Menurut Nursalam (2003), sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi. Teknik sampling, yang digunakan dalam penelitian ini adalah non propability sampling dengan metode total sampling (Nursalam, 2003).

E. Lokasi dan Waktu Penelitian

  1. Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Puskesmas Pesanggaran Kecamatan Pesanggaran Kabupaten Banyuwangi.

  1. Waktu penelitian

Waktu penelitian di mulai tanggal 27 Juli – 8 Agustus 2009.

F. Teknik Dan Instrumen Pengumpulan Data

  1. Teknik Pengumpulan Data

Setelah mendapat izin di Puskesmas Pesanggaran dan untuk memperoleh data yang relevan. Maka peneliti mulai pengumpulan data dan sebelum nya peneliti membuat informed concent (persetujuan) dari klien sebagai responden penilitian. Setelah responden bersedia akan dilakukan penelitian, maka peneliti membagikan kuisioner yang berisi daftar pernyataan yang diajukan secara tertulis dan responden tinggal memberikan jawaban/pendapat sesuai dengan pengetahuan nya (Notoatmodjo,2005). Sedangkan daftar pernyataan tersebut sesuai dengan variabel-varibel penelitian.

2. Instrumen Penelitian

Untuk data yang relevan dengan tujuan penelitian maka peneliti menggunakan instrumen pengumpulan data berupa angket atau kuesioner. Kuesioner yaitu suatu cara pengumpulan data atau suatu penelitian mengenai suatu masalah dengan menyediakan pernyataan kepada sejumlah objek (Notoatmodjo, 2005).

Dalam pengumpulan pada penelitian di gunakan alat berupa kuesioner tertutup yang di berikan pada responden. Untuk kuesioner pengetahuan ibu tentang tanda-tanda bahaya masa nifas, menggunakan skala Guttman yaitu nilai jawaban yang benar di beri nilai 1, sedangkan untuk jawaban yang salah di beri nilai 0 (Notoatmodjo, 2005).

G. Teknis Analisa Data

Teknik Pengolahan Data

Dari hasil data dengan menggunakan rekam medik secara deskriptif melalui tabel distribusi yang dikonfirmasikan dalam bentuk prosentase dan narasi .

Langkah – langkah pengolahan data sebagai berikut :

1. Editing

Proses editing dengan memeriksa kembali data yang telah dikumpulkan reka medik ini berarti semua data harus diteliti kelengkapan data yang diberikan.

2. Coding

Untuk memudahkan dalam pengolahan data maka untuk setiap jawaban dari kuesioner yang telah disebarkan diberi kode sesuai dengan karakter.

  1. Skoring

Tahap ini di lakukan setelah di tetapkan kode jawaban atau hasil observasi. Sehingga setiap jawaban dari responden atau hasil observasi dapat di berikan skor. Tidak ada pedoman yang baku untuk skoring, namun skoring harus di berikan.

  1. Tabulating

Mentabulasi dengan memuat tabel – tabel sesui dengan analisis yang dibutuhkan.

Analisa data

Untuk variabel pengetahuan ibu nifas tentang tanda-tanda bahaya masa nifas di kumpulkan melalui kiesioner kemudian di tabulasi dan di kelompokkan, kemudian di beri skor. Untuk jawaban yang benar di beri nilai 1, sedangkan untuk jawaban yang salah di beri nilai 0. Dari hasil jawaban responden, selanjutnya diadakan presentasi dengan membagi frekuensi setiap alternatif jawaban dengan jumlah skor maksimal semua jawaban yang benar kemudian dikalikan 100%. Menurut Eko Budiarto (2001), aspek pengetahuan diukur dengan :

Keterangan :

P : Prosentase

∑F : Jumlah jawaban yang benar

n : Jumlah skor maksimal semua jawaban yang benar

Kemudian data penelitian tersebut di interprestasikan dengan menggunakan kriteria tingkat pengetahuan :

1. Baik : 76 – 100 % (10-12 jawaban yang benar)

2. Cukup : 56 – 75 % ( 7-9 jawaban yang benar)

3. Kurang : 40 - 55 % (4-6 jawaban yang benar)

4. Buruk : <40 style=""> (1-3 jawaban yang benar)

(Arikunto, 2006).

H. Etika Penelitian

Penelitian ini dimulai dengan melakukan berbagai prosedur yang berhubungan dengan etika penelitian yang meliputi:

  1. Informed Consent (Lembar Persetujuan Menjadi Responden) adalah lembar persetujuan yang akan di berikan pada subyek yang akan di teliti.
  2. Anonimity (Tanpa Nama) adalah kerahasiaan identitas responden harus di jaga, oleh karena itu peneliti tidak boleh mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data.
  3. Confidentiality (Karakteristik) adalah kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti karena hanya kelompok data tertentu saja yang akan di sajikan atau di laporkan sebagai hasil penelitian.

I. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis memiliki beberapa keterbatasan sebagai berikut:

  1. Sampel yang di ambil hanya terbatas pada ibu nifas di Wilayah Puskesmas Pesanggaran Kecamatan Pesanggaran Kabupaten Banyuwangi pada tanggal 27 Juli – 8 Agustus 2009 sehingga hasil nya kurang representative.
  2. Instrument pengumpulan data berdasakan kuesioner yang di rancang sendiri oleh peneliti, sehingga validitas dan reabilitasnya masih pelu di uji coba adanya karakteristik yang di gabungkan.

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang hasil penelitian yang dilaksanankan di Wilayah Puskesmas Pesanggaran Kecamatan Pesanggaran Kabupaten Banyuwangi Pada Tanggal 27 Juli – 8 Agustus 2009.

A. HASIL PENELITIAN

Puskesmas Pesanggaran terletak di Desa Pesanggaran Kecamatan Pesanggaran Kabupaten Banyuwangi. Dibangun diatas tanah + 4.450 m² dengan luas bangunan 558,25 m². Luas wilayah Puskesmas Pesanggaran 37, 43 km².

Jumlah penduduk : 21.180 jiwa

1. Laki-laki : 10.167 jiwa.

2. Perempuan : 11.013 jiwa.

Batasan wilayah Puskesmas Pesanggaran yaitu :

1. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sumberagung

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan laut selatan

3. Sebelah Utara berbatasan dengan Bangorejo dan Tegalsari

4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Siliragung

Tenaga kesehatan di Puskesmas Pesanggaran antara lain :

1. Dokter umum : 2 orang

2. Dokter gigi : 1 orang

3. Bidan : 8 orang

4. Perawat : 12 orang

5. Administrasi : 3 orang

6. PLKB : 1 orang

1. Data Umum

a. Karakteristik Responden Menurut Umur

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi umur ibu nifas di wilayah Puskesmas Pesanggaran Tanggal 27 Juli - 8 Agustus Tahun 2009.

No

Usia (tahun)

Frekuensi (f)

Prosentase (%)

<20

3

8,82

20 - 35

29

85,3

>35

2

5,88

Jumlah

34

100

Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat diketahui sebagian besar responden berumur 20-35 tahun yaitu 29 responden (85,3%).

b. Karakteristik Responden Menurut Pendidikan

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi pendidikan ibu nifas di wilayah Puskesmas Pesanggaran Tanggal 27 Juli – 8 Agustus Tahun 2009.

No

Pendidikan

Frekuensi (f)

Prosentase (%)

SD

8

23,53

SMP

15

44,12

SMA

9

26,47

Perguruan tinggi

2

5,88

Jumlah

34

100

Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat diketahui sebagian besar responden berpendidikan SMP yaitu 15 responden (44,12%).

c. Karakteristik Responden Menurut Pekerjaan

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi pekerjaan ibu nifas di wilayah Puskesmas Pesanggaran Tanggal 27 Juli - 8 Agustus Tahun 2009

No

Pekerjaan

Frekuensi (f)

Peosentase (%)

Ibu Rumah Tangga

23

67,65

Tani

6

17,65

Pegawai Tidak Tetap

1

2,94

Wiraswasta

4

11,76

Pegawai Negeri

-

-

Jumlah

34

100

Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat diketahui sebagian besar responden sebagai ibu rumah tangga yaitu 23 responden (67,65%).

d. Karakteristik Responden Menurut Sumber Informasi

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi sumber informasi yang didapat ibu nifas di wilayah Puskesmas Pesanggaran Tanggal 27 Juli - 8 Agustus Tahun 2009

No

Sumber Informasi

Frekuensi (f)

Prosentase (%)

Media (cetak dan elektronik)

14

41,18

Penyuluhan (konseling dari nakes)

18

52,94

Tidak pernah

2

5,88

Jumlah

34

100

Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat diketahui sebagian besar responden memperoleh informasi dari penyuluhan (konseling dari nakes) yaitu 18 responden (52,94%).

2. Data khusus

Tabel 4.5 Distribusi pengetahuan ibu nifas tentang tanda-tanda bahaya masa nifas di wilayah Puskesmas Pesanggaran Kecamatan Pesanggaran Kabupaten Banyuwangi Tanggal 27 Juli - 8 Agustus Tahun 2009

No

Kriteria Pengetahuan

Frekuensi (f)

Prosentase (%)

Baik

17

50

Cukup

12

35,29

Kurang

5

14,71

Buruk

-

-

Jumlah

34

100

Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat diketahui sebagian besar responden mempunyai pengetahuan baik yaitu 17 responden (50%).

B. PEMBAHASAN

Berdasarkan analisa dan interpretasi data yang didapat bahwa 50% responden berpengetahuan baik yaitu 17 responden. Sedangkan yang lainnya mempunyai pengetahuan cukup yaitu 12 responden (35,39%), dan yang mempunyai pengetahuan kurang yaitu 5 responden (14,71%).

Hasil analisis ini didukung oleh umur responden. Dari data dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berumur 20-35 tahun yaitu 29 responden (85,3%).

Usia 20-35 tahun merupakan usia yang reproduktif bagi seseorang untuk dapat memotivasi diri memperoleh pengetahuan yang sebanyak- banyaknya. Menurut Elisabeth yang di kutip oleh Nur Salam (2003), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat di lahirkan sampai saat berulang tahun, semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.

Menurut Long yang di kutip oleh Nur Salam (2003), makin tua umur seseorang, makin konstruktif dalam menghadapi masalah yang di hadapi.

Semakin banyak umur atau semakin tua seseorang maka akan mempunyai kesempatan dan waktu yang lebih lama dalam mendapatkan informasi dan pengetahuan. Dengan demikian semakin tua umur responden maka tingkat pengetahuan ibu nifas tentang tanda-tanda bahaya masa nifas semakin baik.

Hasil analisis juga dipengaruhi oleh pendidikan responden. Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berpendidikan SMP yaitu 15 responden (44,12%).

Menurut Nursalam (2003), bahwa makin tinggi pendidikan seseorang, maka makin mudah menerima informasi sehangga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Responden yang berpendidikan tinggi akan mudah menyerap informasi, sehingga ilmu pengetahuan yang dimiliki lebih tinggi namun sebaliknya orang tua yang berpendidikan rendah akan mengalami hambatan dalam penyerapan informasi sehingga ilmu yang dimiliki juga lebih rendah yang berdampak pada kehidupannya.

Penelitian ini didapatkan bahwa pengetahuan responden tentang tanda-tanda bahaya masa nifas 50% baik. Untuk 50% responden yang lain berpengetahuan cukup dan kurang. Hal ini dikarenakan tanda-tanda bahaya masa nifas adalah informasi khusus, yang tidak didapatkan di bangku sekolah atau Perguruan Tinggi umum kecuali sekolah kesehatan. Adapun informasi mengenai tanda-tanda bahaya masa nifas biasanya diperoleh melalui penyuluhan kesehatan atau konseling dari tenaga kesehatan.

Faktor lain disebabkan karena status pekerjaan responden sebagian besar responden sebagai ibu rumah tangga yaitu 23 responden (67,65%). Sebagian besar responden bakerja sebagai ibu rumah tangga, maka menyebabkan responden mempunyai waktu yang cukup untuk mendapatkan informasi disebabkan karena hanya melakukan pekerjaan rumah tangga. Responden mempunyai waktu yang cukup untuk mendapatkan penyuluhan kesehatan dan konseling dari tenaga kesehatan, memperoleh informasi dari media masa terutama berkaitan dengan tanda-tanda bahaya masa nifas. Hal ini sebagaimana yang dikutip oleh Kuntjoroningrat yang dikutip oleh Nursalam dan Pariani (2003), menyebutkan bahwa bekerja umumnya pekerjaan yang menyita waktu untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan yang benar.

Dengan demikian pemberian informasi mengenai tanda-tanda bahaya masa nifas yang diberikan akan mudah diterima oleh responden sehingga akan semakin termotivasi untuk lebih tanggap tentang tanda-tanda bahaya masa nifas.

Berdasarkan analisa data didapatkan dari 34 responden, sebagian besar mendapatkan sumber informasi dari penyuluhan (konseling dari tenaga kesehatan) yaitu 18 responden (52,94%).

Menurut Notoatmodjo (2005), tingkat pengetahun masyarakat juga dipengaruhi oleh informasi yang diperoleh baik melalui tenaga kesehatan, majalah, surat kabar ataupun yang lainnya. Karena dengan mendapatkan informasi tentang tanda-tanda bahaya masa nifas maka masyarakat akan lebih tahu dan tanggap tentang tanda-tanda bahaya masa nifas. Di harapkan dengan adanya pengetahuan lebih tentang tanda-tanda bahaya masa nifas oleh masyarakat maka angka bahaya masa nifas di masyarakat dapat di tekan seminimal mungkin.

Berdasarkan analisa dan interpretasi data yang di dapat sebagian besar responden mempunyai pengetahuan baik dan cukup 13 yaitu responden (38,24%). Dimana jumlah frekuensi (prosentase) yaitu sama besar. Hal ini dapat di lihat dari jawaban yang benar pada kuesioner tentang pengertian tentang tanda-tanda bahaya masa nifas. Hal ini dapat di lihat dari latar belakang mayoritas pendidikan responden yaitu SMP dan SMA, di samping itu juga di tunjang sebelumnya responden mendapatkan informasi tentang tanda-tanda bahaya masa nifas dari media atau penyuluhan.

Menurut Nursalam (2003), bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka makin tinggi pula pengetahuan seseorang.

Tingkat pengetahuan masyarakat juga di pengaruhi oleh informasi yang di peroleh (Notoatmodjo: 2005).

Berdasarkan analisa dan interpretasi data yang di dapat sebagian besar responden mempunyai pengetahuan baik yaitu 13 responden (38,24%). Hal ini dapat di lihat dari jawaban yang benar pada kuesioner tentang macam tanda-tanda bahaya masa nifas.

Responden mayoritas mempunyai pengetahuan baik, hal ini di latar belakangi oleh pendidikan dan pernah mendapatkan informasi dari media atau penyuluhan. Hal ini di perkuat oleh Nursalam (2003) yang menyatakan semakin tinggi pendididkan seseorang maka makin tinggi pula pengetahuan seseorang. Serta di sebabkan oleh sumber informasi yand di dapat (Notoatmodjo: 2005)

Berdasarkan analisa dan interpretasi data yang di dapat sebagian besar responden mempunyai pengetahuan cukup yaitu 20 responden (58,82%). Hal ini dapat di lihat dari jawaban yang benar pada kuesioner tentang penatalaksanaan tentang tanda-tanda bahaya masa nifas.

Pengetahuan responden tentang penatalakasanaan tanda-tanda bahaya masa nifas di dapatkan mayoritas mempunyai pengetahuan cukup. Hal ini dapat di lihat dari latar belakang usia, pendidikan, pekerjaan, dan sumber informasi.

Sebagian besar responden berusia antara 20-35 tahun, dimana Usia 20-35 tahun merupakan usia yang reproduktif bagi seseorang untuk dapat memotivasi diri memperoleh pengetahuan yang sebanyak- banyaknya. Menurut Long yang di kutip oleh Nur Salam (2003), makin tua umur seseorang, makin konstruktif dalam menghadapi masalah yang di hadapi.

Dari faktor pendidikan responden berpendidikan SMP dan SMA, dimana semakin tinggi pendidukan seseorang maka semakin tinggi pula pengetahuan seseorang (Nursalam, 2003).

Dari faktor usia dan sumber informasi, dimana mayoritas responden bekerja sebagai ibu rumah tangga. Maka menyebabkan responden mempunyai waktu yang cukup untuk mendapatkan informasi disebabkan karena hanya melakukan pekerjaan rumah tangga. Responden mempunyai waktu yang cukup untuk mendapatkan penyuluhan kesehatan dan konseling dari tenaga kesehatan, memperoleh informasi dari media masa terutama berkaitan dengan tanda-tanda bahaya masa nifas. Hal ini sebagaimana yang dikutip oleh Kuntjoroningrat yang dikutip oleh Nursalam dan Pariani (2003), menyebutkan bahwa bekerja umumnya pekerjaan yang menyita waktu untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan yang benar.

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini penulis akan menyajikan hasil kesimpulan dan saran dari penelitian tentang pengetahuan ibu nifas tentang tanda-tanda bahaya masa nifas di wilayah Puskesmas Pesanggaran Kecamatan Pesanggaran Kabupaten Banyuwangi.

A. Simpulan

Dari hasil penelitian di atas diketahui bahwa pengetahuan ibu nifas tentang tanda-tanda bahaya masa nifas di wilayah Puskesmas Pesanggaran Kecamatan Pesanggaran Kabupaten Banyuwangi berpengetahuan baik yaitu 17 responden (50%).

B. Saran

1. Bagi Teoritis.

Di harapkan dari penelitian ini dapat di ketahuai secara spesifik mengenai tanda-tanda bahaya masa nifas.

2. Bagi Praktis.

Di harapkan dapat meningkatkan kualitas pengetahuan kesehatan khususnya tentang tanda-tanda bahaya masa nifas.

3. Bagi Peneliti-Peneliti Selanjutnya.

Di harapkan lebih menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penerapan ilmu pada bidang asuhan kebidanan nifas khususnya tentang tanda-tanda bahaya.

45


DAFTAR PUSTAKA


Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur penelitian (suatu pendekatan praktis). Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Ayu, I. C. M., Bagus, I. G. F. M., & Bagus, I. G. M. (2009). Patologi obstetric (untuk mahasiswa kebidanan). Jakarta: EGC.

Bagus, Ida. (2009). “Survei demogravi dan kesehatan Indonesia,” Indoskrip (online). Vol.33, no.8, (http://one. Indoskripsi. Com/node/4953), di akses 29 Juni 2009.

Departemen Kesehatan Direktorat Jenderal Bina Kesehatan. (2004). Asuhan persalinan normal (buku acuan). Jakarta: Departemen Kesehatan.

Karkata, M. K., Suwiyogo,K., Wardhiana, I. P. G., & Pemaron, I. B. U. (2003). Pedoman diagnosis-terapi dan bagan alir pelayanan pasien. Denpasar: Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Mansjoer, Arif., Triyanti, k., Savitri, R., Wardani, W. I., Setiowulan, W. Kapita selekta kedokteran (jilid 1). Jakarta: Media Aesculapius.

Manuaba, I. B. G. (2005). Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk pendidikan bidan. Jakarta: EGC.

Mochtar, Rustam. (2002). Sinopsis obstetri (obtetri fisiologi, obstetric patologi). Jakarta: EGC.

Mochtar, Rustam. (2002). Sinopsis obstetri (obtetri operatif, obstetri sosial). Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2006). Metode penelitian kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Nursalam. (2003). Konsep dan penerapan metodelogi penelitian ilmu keperawatan (pedoman skripsi, tesis, dan intrumen penelitian). Jakarta: Media Salemba.

Prawirohardjo, Sarwono. (2002). Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo.

Prawirohardjo, Sarwono. (2005). Ilmu kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Prawirohardjo, Sarwono. (2005). Ilmu kebidanan . Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Suyanto, & Salamah, Umi. (2009). Riset kebidanan. Jogjakarta: Mitra Crndikia Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar