BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kematian maternal adalah kematian wanita sewaktu hamil melahirkan atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan tidak tergantung dari lama dan lokasi kehamilan disebabkan oleh apapun yang berhubungan dengan kehamilan atau penanganannya tetapi tidak secara kebetulan atau oleh penyebab lainnya.(Sarwono, 2006: 22)
Berdasarkan definisi ini kematian maternal dapat digolongkan pada kematian obstetrik langsung (direct obstetric death), kematian obstetrik tidak langsung (inderect obstetric death), kematian yang terjadi bersamaan tetapi tidak berhubungan dengan kehamilan dan persalinan misalnya kecelakaan. Kematian obstetrik langsung disebabkan oleh komplikasi kehamilan, persalinan, nifas atau penanganannya. Di negara-negara sedang berkembang sebagian besar penyebab ini adalah pendarahan, infeksi dan abortus. Kematian tidak langsung disebabkan oleh penyakit atau komplikasi lain yang sudah ada sebelum kehamilan atau persalinan, misalnya hipertensi, penyakit jantung, diabetes, hepatitis, anemia, malaria, dan lain-lain termasuk hiperemesis gravidarum. (Sarwono, 2006: 22)
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, perubahan-perubahan anatomik pada anak, jantung, hati dan susunan saraf disebabkan oleh kekurangan vitamin. Beberapa faktor predisposisi yang sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, diabetes dan kehamilan ganda akibat peningkatan kadar HCG, faktor organik karena masuknya villi khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik, faktor psikologis keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut memikul tanggung jawab dan faktor endoktrin lainnya. Gejala yang sering terjadi pada 60% - 80% primigravida dan 40% - 60% multigravida. Mual biasanya terjadi pagi hari. Rasa mual biasanya dimulai pada minggu-minggu pertama kehamilan dan berakhir pada bulan keempat, namun sekitar 12% ibu hamil masih mengalaminya hingga 9 bulan.
(Khaidirmuhaj, 2009 tanggal 29 mei 2009 jam 11.00)
Bidan adalah salah satu tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan obstetri, salah satunya dengan melakukan pelayanan pemeriksaan ibu hamil untuk mengetahui keadaan ibu dan janin secara berkala yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap kelainan yang ditemukan dengan tujuan agar ibu hamil dapat melewati masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat serta melahirkan bayi yang sehat. Dalam melakukan pelayanan Ante Natal Care (ANC) hendaknya selalu memberikan penjelasan dan motivasi mengenai yang dirasakan ibu hamil termasuk didalamnya hiperemesis gravidarum, karena masih banyak ibu hamil yang tidak mengetahui cara mengatasi mual dan muntah yang dialaminya, maka dengan ini Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) akan mengalami penurunan karena derajat kesehatan suatu bangsa ditentukan oleh derajat kesehatan ibu dan anak.
Selama bulan Juni 2009 terdapat 30 orang ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya di Puskesmas Grajagan, dari 15 orang ibu hamil yang disurvey 10 diantaranya mengalami hiperemesis gravidarum, oleh karena itu penulis tertarik untuk mengambil judul penelitian pengetahuan ibu hamil tentang hiperemesis gravidarum di puskesmas grajagan.
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini dibatasi hanya sebatas tahu tentang Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Hiperemesis Gravidarum Di Puskesmas Grajagan Purwoharjo Banyuwangi. Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut “Bagaimana Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Hiperemesis Gravidarum Di Puskesmas Grajagan Purwoharjo Banyuwangi?”
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Hiperemesis Gravidarum Di Puskesmas Grajagan Purwoharjo Banyuwangi.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Sebagai salah satu syarat kelulusan semester akhir akademi kebidanan dan merupakan penerapan dari ilmu yang diperoleh selama proses pembelajaran sehingga menambah pengetahuan bagi peneliti dalam melakukan penelitian.
2. Bagi Teoritis
Penelitian ini sangat bermanfaat untuk mengetahui secara spesifik mengenai pengetahuan ibu hamil tentang hiperemesis gravidarum di puskesmas grajagan purwoharjo banyuwangi.
3. Bagi Praktisi
Meningkatkan kualitas pengetahuan kesehatan khususnya tentang pengetahuan ibu hamil tentang hiperemesis gravidarum di puskesmas grajagan purwoharjo banyuwangi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Konsep Dasar Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tingkah laku dan ini terjadi setelah seseorang melakukan suatu pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yaitu indra penglihatan, penciuman, rasa, raba, dan pengucapan. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Soekidjo Notoatmodjo, 2002: 3).
Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung 2 aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek inilah akan menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari objek diketahui maka menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tersebut.
b. Tingkat Pengetahuan
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh badan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisa (Analysis)
Analisis suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau obyek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesa menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada.
c. Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2005: 11) cara memperoleh pengetahuan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
a. Cara Tradisional atau Non Tradisional
Cara tradisional untuk memperoleh pengetahuan antara lain meliputi:
1) Cara Coba Salah (Trial and Error)
Cara ini paling tradisional yang pernah digunakan manusia untuk memperoleh pengetahuan yaitu melalui cara coba-coba. Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya peradapan. Pada waktu itu seseorang apabila menghadapi masalah. Upaya pemecahannya dengan cara coba-coba saja. Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan memecahkan masalah, apabila tidak berhasil dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah terselesaikan.
2) Cara Kekuasaan / Otoriter
Sumber pengetahuan tersebut berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama pemegang pemerintahan dan sebagainya. Dengan kata lain pengetahuan tersebut dapat diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasan baik tradisi otoritas pemerintahan, otoritas pemerintahan agama maupun ahli ilmu pengetahuan, dimana prinsip ini orang lain berpendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas tanpa menguji dulu atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris/ penalaran sendiri.
3) Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu, bila gagal dengan cara tersebut tidak akan mengulangi cara itu dan berusaha untuk mencari cara lain sehingga dapat berhasil memecahkannya.
4) Melalui Jalan Pikiran
Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalaran dalam memperoleh pengetahuan. Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah menggunakan jalan pikirannya baik melalui pernyataan-pernyataan khusus kepada yang umum disebut induksi sedangkan deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum kepada yang khusus.
b. Cara Modern / Ilmiah
Cara baru memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis logis dan ilmiah yang disebut metode penelitian ilmiah. Kemudian metode berfikir induct = f yang berkembang oleh B Bacon dilanjutkan adalah Van Dalen bahwa dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi langsung dan membuat pencatatan rehadap semua fakta berhubungan dengan objek yang diamati.
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2002:25) beberapa faktor yang berhubungan dengan karakteristik subyek antara lain:
1) Usia
Semakin cukup usia si ibu tingkat kemampuan atau kematangannya akan lebih mudah untuk berpikir dan mudah menerima informasi tentang kehamilannya.
2) Tingkat pendidikan
Pendidikan seseorang mempengaruhi cara pandangan atau masyarakat yang pendidikannya tinggi akan lebih mudah menerima informasi atau penyuluhan yang kita berikan dan lebih cepat merubah sikapnya dalam kehidupan sehari-hari.
3) Intelegensi
Pada prinsipnya mempengaruhi kemampuan seorang untuk menyesuaikan diri dan cara pengambilan keputusan ibu-ibu atau masyarakat yang intelegensinya tinggi akan banyak berpartisipasi lebih cepat dan tepat dalam mengambil keputusan dibanding dengan masyarakat yang intelegensinya rendah.
4) Sosial – Ekonomi
Mempengaruhi tingkah laku seseorang ibu atau masyarakat yang berasal dari sosial ekonomi tinggi dimungkinkan lebih memiliki sikap positif memandang diri dan masa depannya tetapi bagi ibu-ibu atau masyarakat yang sosial ekonominya rendah akan merasa takut untuk mengambil sikap / tindakan.
5) Sosial Budaya
Dapat mempengaruhi proses pengetahuan khususnya dalam penyerapan nilai-nilai sosial keagamaan untuk memperkuat super egonya.
e. Pengukuran pengetahuan
Kriteria pengukuran pengetahuan antara lain:
1. Baik : 76 – 100%
2. Cukup : 56 – 75%
3. Kurang : 40 – 55%
4. Tidak Baik : ≤ 40%
(Arikunto, 2006)
2. Konsep Dasar Kehamilan
a. Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah sebuah proses yang diawali dengan keluarnya sel telur yang matang pada saluran telur yang kemudian bertemu dengan spermatozoa dan keduanya menyatu membentuk sel yang akan bertumbuh.
Seorang ibu belum tentu dikatakan hamil apabila hanya memiliki tanda-tanda seperti terlambat haid, mual, muntah, perut dan payudara membesar karena dikatakan hamil apabila sudah terdengar bunyi denyut jantung janin serta terlihatnya tulang janin melalui ultra sonografi (USG) dan dalam foto rontgen.
(mitrariset,2009 tanggal 29 mei 2009 11.00 wib)
b. Patofisiologi Kehamilan
Proses kehamilan merupakan mata rantai berkesinambungan masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya kehamilan normal kira-kira 280 hari (40 minggu) sampai 300 hari (42 minggu) yang terhitung dari haid terakhir. Kehamilan 40 minggu disebut kehamilan cukup bulan, bila kehamilan lebih dari 42 minggu disebut kehamilan post matur. Kehamilan dibagi 3 fase yaitu :
1. Trimester I (antara 0 sampai 12 minggu)
2. Trimester II (antara 12 minggu sampai 28 minggu) dan
3. Trimester III (antara 28 minggu sampai 40 minggu)
Menurut Hanifa (2002:125) pada wanita hamil terdapat tanda dan gejala antara lain sebagai berikut :
1) Tanda dugaan hamil
a) Amenore (tidak dapat haid)
Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil tidak haid lagi. Penting diketahui tanggal hari pertama haid terakhir supaya dapat ditentukan tuanya kehamilan dan perkiraan persalinan.
b) Nausea (enek) dan Emesis (muntah)
Enek umumnya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan disertai kadang-kadang oleh emosi.
Morning sickness dalam batas-batas tertentu keadaan ini masih fisiologik. Bila terlampau sering, dapat mengakibatkan gangguan kesehatan dan disebut Hiperemesis Gravidarum.
c) Mengidam (menginginkan makanan atau minuman tertentu)
Mengidam sering terjadi pada bulan-bulan pertama akan tetapi menghilang dengan makin tuanya kehamilan.
d) Pingsan
Sering dijumpai bila berada pada tempat-tempat ramai, dianjurkan pada bulan-bulan pertama tidak berada ditempat tersebut. Keadaan ini akan hilang sesudah kehamilan 16 minggu.
e) Payudara Tegang dan Membesar
Keadaan ini disebabkan oleh pengaruh estrogen dan progesteron yang merangsang duktuli dan alveoli di payudara.
f) Anoreksia (tidak nafsu makan)
Pada bulan-bulan pertama anoreksia, tetapi setelah itu nafsu makan timbul lagi. Hendaknya dijaga jangan sampai salah pengertian makan untuk “dua orang” sehingga kenaikan berat badan tidak sesuai dengan tuanya kehamilan.
g) Sering kencing
Kejadian ini terjadi karena kandung kencing pada bulan -bulan pertama kehamilan karena tertekan uterus yang mulai membesar. Pada triwulan kedua umumnya keluhan ini hilang oleh karena uterus yang mulai membesar dari rongga panggul dan menekan kembali kandung kencing.
h) Obstipasi (sulit buang air besar)
Keadaan ini karena pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus.
i) Pigmentasi kulit
Terjadi pada usia kehamilan 12 minggu keatas pada pipi hidung dan dahi. Kadang-kadang nampak deposit pigmen yang berlebihan dikenal sebagai kloasma gravidarum. Aerola mamae lebih hitam karena didapatkan deposit pigmen yang berlebih.
j) Epulis hipertropi dari papil gusi terjadi pada trimester pertama.
k) Varices
Karena pengaruh dari estrogen dan progesteron terjadi penumpukan pembuluh darah vena. Penumpukan pembuluh darah itu terjadi disekitar genetalia eksterna, kaki, betis dan payudara. Penumpukan pembuluh darah ini dapat menghilang setelah persalinan.
c. Tanda-tanda Kehamilan
1) Tanda pasti kehamilan
Gerakan janin pada primigravida dapat dirasakan oleh ibunya pada kehamilan 18 minggu sedang pada multigravida pada 16 minggu oleh karena sudah berpengalaman dari kehamilan terdahulu. Gerakan janin kadang-kadang pada kehamilan 20 minggu dapat diraba secara obyektif oleh pemeriksa, balotemen dalam uterus sudah dapat diraba pada kehamilan lebih tua. Bila dilakukan pemeriksaan dengan sinar rontgen kerangka fetus mulai dapat dilihat. Dengan alat fetal elektro cardiograph denyut jantung janin dapat dicatat pada kehamilan 12 minggu (Hanifa, 2002: 129).
Dalam triwulan terasa gerakan janin lebih gesit. Bunyi jantung janin juga dapat didengar lebih jelas. Bagian-bagian besar janin ialah kepala dan bokong dan bagian-bagian kecil ialah kaki dan lengan dapat pula diraba dengan jelas. Pada primigravida kepala janin mulai turun pada kehamilan kira-kira 36 minggu sedang pada multigravida pada kira-kira 38 minggu.
Dari keseluruhan yang diuraikan maka diagnosis pasti kehamilan dapat dibuat apabila:
1) Dapat diraba dan kemudian dikenal bagian-bagian janin.
2) Dapat dicatat dan didengar bunyi jantung janin dengan beberapa cara.
3) Dapat dirasakan gerakan janin dan balotemen
4) Pada pemeriksaan dengan sinar rontgen tampak kerangka janin.
5) Dengan ultrasonografi (scanning) dapat diketahui ukuran kantong janin, panjang janin (crown rump) dan diameter biparietalis hingga dapat diperkirakan tuanya kehamilan dan selanjutnya dapat dipakai untuk menilai pertumbuhan janin.
2) Faktor resiko pada kehamilan
Faktor resiko kehamilan adalah setiap faktor yang berhubungan dengan meningkatnya kesakitan dan kematian ibu dan bayi.
1) Primi muda umur kurang dari 20 tahun primi tua lebih dari 35 tahun.
2) Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun
3) Pernah melahirkan lebih dari 4 kali
4) Mengalami kesulitan pada persalinan yang lalu (bayi lahir mati, sungsang, bayi tidak cukup umur operasi pada waktu melahirkan kadang-kadang dan lain-lain).
5) Tinggi badan kurang dari 145 cm
6) Lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm
7) Mempunyai riwayat penyakit menahun (misal : malaria, TBC, sakit jantung, dll).
3. Konsep Dasar Hiperemesis Gravidarum
a. Pengertian Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan, sehingga pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum ibu menjadi buruk (Sarwono, 2006: 275).
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah hebat dalam masa kehamilan yang dapat menyebabkan kekurangan cairan, penurunan berat badan, atau gangguan elektrolit sehingga mengganggu aktivitas sehari – hari dan membahayakan janin di dalam kandungan.
(Draekoin, 2008 tanggal 01 juni 2009 jam 10.00)
b. Etiologi
Sebab pasti belum diketahui frekuensi kejadian adalah 2 periode kehamilan. Faktor-faktor predisposisi yang dikemukakan.
1. Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, Mola hidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda menimbulkan diagnosa bahwa faktor hormon memegang peranan pada kedua keadaan tersebut hormon khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.
2. Masuknya Villi khorialis dalam sirkulasi meternal dan perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini merupakan faktor organik.
3. Alergi salah satu respon dari jaringan. ibu terhadap anak, juga disebut sebagai salah satu faktor organik.
4. Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini. Rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah.
c. Gejala dan Tingkat
1) Gejala-gejala yang khas
a) Muntah yang hebat
b) Haus
c) Dehidrasi
d) Berat badan turun
e) Keadaan umum menurun
f) Kenaikan suhu
g) Icterus
h) Gangguan cerebral (kesadaran menurun)
2) Tingkat-tingkat hiperemesis gravidarum
Hiperemesis gravidarum menurut berat ringannya gejala dapat dibagi kedalam 3 tingkatan yaitu :
a) Tingkatan I
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan nyeri pada epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 kali per menit, tekanan darah sistol menurun, turgor kulit menurun, lidah mengering dan mata cekung.
b. Tingkatan II
Penderita tampak lebih lemah, turgor kulit lebih menurun, lidah mengering dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit ikterus. Berat badan menurun dan mata menjadi cekung, tensi rendah.
c. Tingkatan III
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dan sampai koma. Nadi kecil dan cepat, suhu badan meningkat dan tensi menurun.
d. Diagnosa
Diagnosis hiperemesis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus ditentukan adanya kehamilan muda dan muntah yang terus menerus sehingga mempengaruhi keadaan umum.
Hiperemesis gravidarum yang terus menerus dapat menyebabkan kekurangan makanan yang dapat mempengaruhi perkembangan janin, sehingga pengobatan perlu segera diberikan.
e. Penanganan
1) Pencegahan dengan memberikan informasi dan edukasi tentang kehamilan kepada ibu-ibu dengan maksud menghilangkan faktor psikis rasa takut. Juga tentang diit ibu hamil makan jangan sekaligus banyak, tetapi dalam porsi sedikit-sedikit tapi sering.
2) Terapi obat menggunakan sedativa (luminal, stesolid); vitamin (B1 dan B6); anti muntah (mediamer B6, drammamin, avopreg, avomin, torecan); antasida dan anti mulas.
3) Hiperemesis gravidarum tingkat II dan III harus dirawat inap di Rumah Sakit.
a) Kadang-kadang pada beberapa wanita, hanya tidur di Rumah Sakit saja, telah banyak mengurangi mual muntah.
b) Isolasi. Jangan terlalu banyak tamu kalau perlu rawat dan dokter saja yang boleh masuk. Kadang kala hal ini saja, tanpa pengobatan khusus telah mengurangi mual dan muntah.
c) Terapi psikologik. Berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang wajar, normal dan fisiologis, jadi tidak perlu takut dan khawatir. Cari dan coba hilangkan faktor psikologis seperti keadaan sosial ekonomi dan pekerjaan serta lingkungan.
d) Penambahan cairan. Berikan infus dektrosa atau glukosa sebanyak 2-3 liter dalam 24 jam.
e) Berikan obat-obatan seperti telah dikemukakan diatas.
f) Pada beberapa kasus dan bila tetapi tidak dapat dengan cepat memperbaiki keadaan umum penderita, dapat dipertimbangkan suatu abortus buatan.
B. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah konsep yang dipakai sebagai landasan berpikir dalam kegiatan ilmu (Nursalam, 2003 : 59).
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Pengetahuan Ibu Hamil
Tentang Hiperemesis Gravidarum Di Puskesmas Grajagan Purwoharjo Banyuwangi
= dilakukan penelitian
= tidak dilakukan penelitian
Sumber : Notoatmodjo, 2003 dan Arikunto, 2006
BAB 3
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancang -bangun Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat atau deskripsi tentang suatu keadaan secara obyektif (Soekidjo Notoatmojo, 2002: 135).
Rancang bangun dalam penelitian ini adalah Deskriptif Kuantitatif yaitu suatu metode penelitian yang berwujud angka-angka hasil perhitungan atau pengukuran (Arikunto, 2006: 245).
B. Variabel
- Definisi Variabel
Variabel adalah objek penelitian yang bervariasi (Arikunto, 2006:116). Dalam penelitian ini variabelnya adalah pengetahuan ibu hamil tentang hiperemesis gravidarum.
2. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi yang berdasarkan karakteristik yang diamati atau diteliti secara tidak langsung. Definisi operasional ini akan menunjukkan alat pengambilan data yang cocok digunakan atau mengacu bagaimana mengukur suatu variabel.
Variabel | Definisi Operasional | Kriteria | Skala |
Pengetahuan ibu hamil tentang hiperemesis gravi darum
| Segala sesuatu yang diketahui oleh ibu hamil tentang hiperemesis gravidarum meliputi: pengertian, penyebab, tanda dan gejala, klasifikasi, dan penanganan. (Sarwono,2006) | Baik : 76 – 100% Cukup : 56 – 75% Kurang : 40 – 55% Tidak Baik : ≤ 40% (Arikunto,2006) | Ordinal |
Tabel 3.1 Definisi Operasional Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Hiperemesis Gravidarum Di Puskesmas Grajagan Purwoharjo Banyuwangi.
C.Populasi
Populasi adalah setiap subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2003: 94).
Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh ibu hamil yang ada di puskesmas grajagan pada bulan Januari sampai dengan bulan Mei 2009 sebanyak 30 ibu hamil.
D.Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006 : 131). Pada penelitian ini menggunakan teknik total sampling yaitu jika subyek kurang dari 100 lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, tetapi jika subyeknya lebih dari 100 diambil 10 - 15% / 20 - 25%. Dalam penelitian ini sampelnya adalah 30 ibu hamil.
E. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian di Puskesmas Grajagan Purwoharjo Banyuwangi dan peneliti mengambil data dalam kurun waktu 21 Juli – 05 Agustus 2009.
F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Setelah mendapat izin dari Puskesmas Grajagan dan untuk memperoleh data yang relevan maka peneliti mulai pengumpulan data dan sebelumnya peneliti membuat persetujuan dari klien sebagai responden penelitian. Setelah responden bersedia maka peneliti membagikan kuesioner yang berisi daftar pernyataan yang diajukan secara tertulis dan responden tinggal memberikan jawaban / pendapat sesuai dengan pengetahuannya (Notoatmodjo, 2005). Sedangkan daftar pernyataan tersebut sesuai dengan variabel-variabel penelitian.
2. Instrumen Pengumpulan Data
Adalah data yang relevan dengan tujuan penelitian maka peneliti menggunakan instrumen pengumpulan data berupa angket / kuesioner. Kuesioner adalah suatu cara pengupulan data / suatu penelitian mengenai suatu masalah dengan menyediakan pernyataan kepada sejumlah obyek (Notoatmodjo, 2005).
Dalam pengumpulan data pada penelitian digunakan alat berupa kuesioner tertutup yang diberikan pada responden untuk kuesioner pengetahuan ibu hamil tentang hiperemesis gravidarum menggunakan skala Guttman yaitu nilai jawaban yang benar diberi nilai 1, sedangkan untuk jawaban yang salah diberi nilai 0 (Notoatmodjo, 2005).
G. Teknik Analisa Data
1. Teknik Pengolahan Data
Menurut Arikunto (2006) setelah data terkumpul melalui angket kemudian ditabulasi dan dikelompokkan sesuai dengan variabel yang diteliti, jawaban seluruh responden dari masing-masing dikalikan 100% dan hasilnya berupa prosentase.
Selain itu juga digunakan cara pemberian skore dan penelitian, dimana tiap jawaban benar skornya 1 (satu) bila salah skornya 0 (nol).
Cara pemberian skore dan penelitian digunakan rumus:
P =
Keterangan:
P = Prosentase
f = Jumlah pertanyaan yang dijawab benar
N = Jumlah seluruh pertanyaan
(Budiarto, 2002)
2. Analisa Data
Berdasarkan hasil perhitungan, kemudian hasilnya diinterprestasikan dalam beberapa kategori yaitu:
Baik = 76 – 100%
Cukup = 56 -75%
Kurang = 40 – 55%
Tidak Baik = ≤ 40% (Arikunto, 2006)
H. Etika Penelitian
- Informed Concent
Lembar persetujuan merupakan bukti bahwa peneliti diijinkan untuk melakukan penelitian ditempat yang telah ditentukan.
- Anomity (tanpa nama)
Nama subjek tidak dicantumkan pada lembar pengumpulan data untuk mengetahui keikutsertakan responden peneliti menuliskan nomor dan kode pada masing-masing lembar pengumpulan data.
- Kerahasiaan (confidentiality)
Informasi yang telah dikumpulkan dari subyek dijamin kerahasiaannya untuk peneliti hanya kelompok data tertentu saja yang akan dilaporkan pada hasil penelitian.
I. Keterbatasan Penelitian
Menurut Burn dan Grove yang dikutip oleh Nursalam mengatakan bahwa keterbatasan adalah kelemahan atau hambatan dalam penelitian ini adalah :
- Penelitian ini hanya menilai pengetahuan ibu hamil hiperemesis gravidarium.
- Desain sampling yang digunakan yaitu Deskriptif sehingga dikhawatirkan kurang mewakili.
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan menguraikan tentang hasil penelitian yang dilaksanakan di Puskesmas Grajagan pada 21 Juli – 5 Agustus 2009.
A. HASIL PENELITIAN
1. Umum Lokasi Penelitian
Puskesmas Grajagan terletak di jalan raya. Dibangun diatas tanah ± 1.000 Ha. Batas wilayah puskesmas grajagan yaitu:
a. Sebelah utara berbatasan dengan desa glagahagung
b. Sebelah barat berbatasan dengan desa bangorejo
c. Sebelah selatan berbatasan dengan desa pantai grajagan
d. Sebelah timur berbatasan dengan desa sumberasri
Tenaga kesehatan di puskesmas Grajagan antara lain:
a. Dokter Umum = 1 orang
b. Dokter Gigi = 1orang
c. Bidan = 10 orang
d. Perawat = 8 orang
e. Staf TU = 3 orang
2. Data Umum
a. Karakteristik Responden Menurut Umur
Tabel 4.1 : Distribusi umur ibu hamil tentang hiperemesis gravidarum di Puskemas Grajagan Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi tanggal 21 Juli – 5 Agustus 2009.
Umur | Frekuensi (f) | Prosentase (%) |
<> | 5 | 16.67% |
20 – 35 Tahun | 22 | 73,33% |
> 35 tahun | 3 | 10% |
Jumlah | 30 | 100% |
Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat diketahui sebagian besar responden berumur 20 – 35 tahun yaitu 22 responden (73,33%) dan sebagian kecil responden berumur > 35 tahun yaitu sebanyak 3 responden.
b.Karakteristik Responden Menurut Pendidikan
Tabel 4.2 : Distribusi frekuensi pendidikan ibu hamil tentang hiperemesis gravidarum di Puskemas Grajagan Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi tanggal 21 Juli – 5 Agustus 2009.
Pendidikan | Frekuensi (f) | Prosentase (%) |
SD | 4 | 13,33% |
SMP | 11 | 36,67% |
SMA/SMK | 12 | 40% |
Perguruan Tinggi | 3 | 10% |
Jumlah | 30 | 100% |
Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat diketahui 40% responden memiliki tingkat pendidikan SMA/SMK yaitu sebanyak 12 responden (40%) dan sebagian kecil responden memiliki tingkat pendidikan Perguruan Tinggi yaitu sebanyak 3 responden.
b. Karakteristik Responden menurut Pekerjaan
Tabel 4.3 : Distribusi frekuensi pekerjaan ibu hamil tentang hiperemesis gravidarum di Puskemas Grajagan Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi tanggal 21 Juli – 5 Agustus 2009.
Pekerjaan | Frekuensi (f) | Prosentase (%) |
Tidak bekerja/IRT | 14 | 46,67% |
Swasta | 13 | 43,33% |
Pegawai Negeri | 3 | 10% |
Jumlah | 30 | 100% |
Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat diketahui lebih dari 40% responden tidak bekerja/IRT yaitu sebanyak 14 responden (46,67%) dan sebagaian kecil responden sebagai pegawai negeri yaitu sebanyak 3 responden (10%).
b. Karakteristik Responden menurut Paritas/Jumlah anak Responden
Tabel 4.4 : Distribusi frekuensi responden berdasarkan paritas/jumlah anak di Puskemas Grajagan Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi tanggal 21 Juli – 5 Agustus 2009.
Jumlah Anak | Frekuensi (f) | Prosentase (%) |
1 – 2 orang | 28 | 93,33% |
3 – 4 orang | 2 | 6,67% |
> 4 orang | - | - |
Jumlah | 30 | 100% |
Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat diketahui sebagian besar responden memiliki jumlah anak 1-2 orang yaitu sebanyak 28 reponden (93,33%) dan sebagian kecil responden yang memiliki jumlah anak 3 – 4 orang yaitu 2 responden.
3. Data Khusus
Tabel 4.5 : Distribusi frekuensi pengetahuan ibu hamil tentang hiperemesis gravidarum di Puskesmas Grajagan Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi tanggal 21 Juli – 5 Agustus 2009.
Pengertian Hiperemesis Gravidarum | Frekuensi (f) | |
N | Prosentase (%) | |
Baik | 3 | 10% |
Cukup baik | 22 | 73,33% |
Kurang baik | 3 | 10% |
Tidak baik | 2 | 6,67% |
Jumlah | 30 | 100% |
Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat diketahui lebih dari 50% ibu hamil berpengetahuan cukup yaitu 22 responden (73,33%).
B. Pembahasan
Berdasarkan analisa dan interprestasi data yang didapat bahwa lebih dari 50% ibu hamil berpengetahuan cukup yaitu 22 responden (73,33%).
Hasil analisis ini di dukung oleh umur responden. Dari data dapat dketahui bahwa sebagian besar responden berumur 20-35 tahun yaitu 22 responden (73,33%). Sedangkan yang kurang dari 50%, responden berumur < <>35 tahun yaitu 3 responden (10%).
Berdasarkan tabulasi silang antara umur dengan pengetahuan dapat diketahui bahwa responden yang memiliki umur antara 20- 35 tahun sebanyak 22 responden, dimana 4,55% berpengetahuan baik dan 95,45% berpengetahuan cukup.Sedangkan responden yang memiliki umur < style="">
Usia 20-35 tahun merupakan usia yang reproduktif bagi seseorang untuk dapat memotivasi diri memperoleh pengetahuan yang sebanyak-banyaknya. Umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:25). Jadi semakin matang usia seseorang, maka dalam memahami suatu masalah akan lebih mudah dan dapat menambah pengetahuan (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:25).
Semakin banyak umur atau semakin tua seseorang maka akan mempunyai kesempatan dan waktu yang lebih lama dalam mendapatkan informasi dan pengetahuan. Dengan demikian semakin tua umur responden maka pengetahuanya ibu hamil hiperemesis gravidarum semakin baik.
Hasil analisis juga dipengaruhi oleh pendidikan responden. Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa 40% responden berpendidikan SMA/SMK yaitu 12 respoden (40%), kurang dari 40% berpendidikan SMP yaitu 11 responden (36,67%), kurang dari 40% responden berpendidikan Perguruan tinggi yaitu 3 responden (10%), kurang dari 40% responden berpendidikan SD yaitu 4 responden (13,33%).
Berdasarkan tabulasi silang antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan dapat diketahui bahwa responden yang memiliki tingkat pendidikan SMA/SMK sebanyak 12 responden, dimana 100% berpengetahuan cukup. Sedangkan responden yang memiliki tingkat pendidikan SD sebanyak 4 responden, dimana 75% berpengetahuan cukup dan 25% berpengetahuan baik.
Menurut Nursalam (2002) bahwa makin tinggi pendidikan seseorang, maka makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Responden yang berpendidikan tinggi akan mudah menyerap informasi, sehingga ilmu pengetahuan yang dimiliki lebih tinggi namun sebaliknya orang tua yang berpendidikan rendah akan mengalami hambatan dalan penyerapan informasi sehingga ilmu yang dimiliki juga lebih rendah yang berdampak pada kehidupannya.
Penelitian ini didapatkan bahwa pengetahuan responden tentang hiperemesis gravidarum lebih dari 50% (73,33%) cukup. Hal ini dikarenakan informasi mengenai hiperemesis gravidarum adalah informasi khusus yang tidak didapat dibangku sekolah atau perguruan tinggi umum kecuali sekolah kesehatan. Adapun informasi mengenai hiperemesis gravidarum biasanya diperoleh melalui penyuluhan kesehatan atau melalui tenaga kesehatan baik di puskesmas atau posyandu.
Faktor lain disebabkan karena status pekerjaan responden sebagian besar ibu rumah tangga yaitu sebanyak 14 responden (46,67%) sehingga responden mempunyai waktu yang cukup untuk mendapatkan informasi. Responden mempunyai waktu yang kurang untuk mendapatkan penyuluhan kesehatan. Memperoleh informasi dari media massa terutama berkaitan dengan hiperemesis gravidarum. Hal ini sebagaimana yang dikutip oleh Nursalam (2002:134), menyebutkan bahwa ibu rumah tangga akan mempunyai waktu yang cukup untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan yang benar.
Berdasarkan tabulasi silang antara pekerjaan dengan pengetahuan dapat diketahui bahwa responden yang tidak bekerja/IRT sebanyak 14 responden, dimana 85,71% berpengetahuan cukup, 14,29% berpengetahuan tidak baik. Sedangkan responden yang bekerja sebagai swasta 13 responden, dimana 7,69% berpengetahuan baik, 92,31% berpengetahuan cukup.
Dengan demikian pemberian informasi mengenai hiperemesis gravidarum yang diberikan akan mudah diterima oleh responden sehingga akan semakin termotivasi.
Berdasarkan analisa data didapatkan sebagian besar responden memiliki jumlah anak 1-2 orang yaitu 28 responden (93,33%) dan sebagian kecil responden yang memiliki jumlah anak 3-4 orang yaitu 2 responden (6,67%).
Bedasarkan tabulasi silang antara jumlah anak dengan pengetahuan dapat diketahui bahwa responden yang yang memiliki jumlah anak antara 1 – 2 orang sebanyak 28 responden, dimana 3,57% berpengetahuan baik, 89,29% berpengetahuan cukup dan 7,14% berpengetahuan tidak baik. Sedangkan responden yang memiliki jumlah anak antara 3 – 4 orang sebanyak 2 responden, dimana 50% berpengetahuan baik dan 50% berpengetahuan cukup.
Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2005) merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dan pengalaman dapat menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar, sehingga dari pengalaman yang benar diperlukan berfikir yang logis dan kritis.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di Puskesmas Grajagan Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi pada tanggal 21 Juli – 5 Agustus 2009 yang telah ditabulasi dan dibahas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
Pengetahuan ibu hamil tentang hiperemesis gravidarum di Puskesmas Grajagan Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi dalam kategori cukup yaitu 22 responden (73,33%).
B.Saran
1. Bagi masyarakat
Untuk masyarakat yang sudah baik pengetahuannya hendaknya mempertahankan pengetahuan dan lebih meningkatkan pengetahuannya lagi dengan cara banyak membaca buku, mendengarkan penyuluhan dan dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Kegiatan penyuluhan perlu ditingkatkan bahkan dipertahankan dengan cara multi media antara radio, televisi, sehingga tingkat pengetahuan masyarakat yang sudah baik dapat dipertahankan bahkan lebih ditingkatkan
3. Bagi Peneliti lain
Untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang hiperemesis gravidarum, diharapkan penelitian selanjutnya mengkaji lebih jauh tentang faktor-faktor yang mempengaruhi hiperemesis gravidarum terhadap ibu hamil.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian.
Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan.
Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Nursalam, 2003. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Wiknjosastro, H. 2002. Ilmu Kebidanan.
Suyanto & Salamah, U. 2009. Riset Kebidanan Metodologi Dan Aplikasi.
Manuaba. 2000. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan,
FKU Padjajaran. 1999. Obstetri Patologi,
Mochtar, R. 2000. Sinopsis Obstetri,
Mitrarizet. 2009. Kehamilan, http//mitrarizet.blogspot.com/2009/04/h-m-i-l.html (Accessed May 29, 2009)
Khadirmuhaj. 2009. Hiperemesis Gravidarum, http//khaidirmuhaj.blogspot
.com/2009/03/html (Accessed May 29, 2009)
Draekoin. 2008. Hiperemesis Gravidarum, http://draekoin.wordpress.com
/2008/11/20/html (Accessed June 01, 2009)
Maidun. 2009. Hiperemesis Gravidarum, http//maidun-gleekapay.blogspot.
com/2009/05.html (Accessed June 02, 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar