PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tujuan utama pembangunan
nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia yang dilakukan secara
berkelanjutan. “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan bangsa”
(UUD1945).Masa balita adalah masa
emas (golden age) dalam rentang perkembangan seorang individu.Sekitar 16 % dari anak usia di bawah lima tahun (balita) Indonesia
mengalami gangguan perkembangan saraf dan otak mulai ringan sampai berat
(Depkes, 2006: 1), William James telah menyatakan bahwa pengalaman lahir
begitu traumatik sehingga pengalaman itu menimbulkan kejutan bagi anak, dan
trauma psikis diakibatkan oleh robeknya hubungan janin dengan ibunya.
Pernyataan ini dirumuskan kedalam teori pengaruh kelahiran terhadap
perkembangan kepribadian anak (teori Otto Renk tentang birth trauma). Berdasarkan persoalan
persalinan, Ternyata cara persalinan mempunyai angka kejadian yang tinggi
dalam pengaruh perkembangan motorik
kasar pada balita . Menurut teori ini, kejutan karena kelahiran menimbulkan
kecemasan sebagai pengaruh yang mengganggu sepanjang hidup.(Peneliti).
1
|
Dampak dari resiko
persalinan salah satunya dikarenakan oleh dukun sehingga dapat menimbulkan
berbagai masalah dan penyebab utama tingginya tingginya angka kematian ibu dan
bayi atau dampak bila bayi lahir .karena dukun tidak dapat mengetahui tanda
tanda bahaya persalinan dan akibat pertolongan persalinan yang tidak adekuat
dapat terjadi (Manuaba:2006).Hal ini mungkin terjadi karena persalinan kasep
,kematian janin dalam rahim,rupture uteri pendarahan akibat pertolongan salah
,robekan jalan ,retensio plasenta,infeksi berat .janin mengalami asfiksia ,dan
trauma insfeksi sehingga apabila cara persalinan tidak dilakukan dengan sayang
ibu maka akan terjadi resiko pada ibu dan anak ,dan apabila anak hidup mungkin
dapat mengakibatkan kelainan tumbuh kembang(Peneliti).Berdasarkan survey
pendahuluan di play group dewi ratih
gebang terdapat 24 balita
yang sekolah .
Untuk menghindari
adanya dampak resiko pada cara
persalinan bidan harus memberikan pertolongan kesehatan kepada
masyarakat khususnya pada pelayanan yang optimal dan untuk menurunkan kematian
dan angka kesakitan dan pengaruh kelahiran terhadap anak melalui pendekatan
kepada dukun beranak dengan memberikan bimbingan kasus yang memerlukan rujukan
medis
Sehingga terhindar dari pengaruh
kematian ibu dan pengaruh kelahiran terhadap Perkembangan kepribadian anak. Setiap 2 dari 1.000 bayi mengalami gangguan perkembangan motorik, sehingga perlu kecepatan menegakkan diagnosis dan melakukan terapi proses penyembuhannya.dan juga harus
memperhatikan gizi yang diperoleh seseorang anak melalui konsumsi makanan
setiap hari,Pola asuh yang benar. Berdasarkan uraian dan data di atas, penulis
tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh cara persalinan terhadap perkembangan motorik kasar pada balita di play group
dewi ratih gebang kabupaten jember Tahun 2010 karena gangguan perkembangan
motorik kasar sangat berpengaruh pada perkembangan balita dan kelak akan
mempengaruhi kualitas SDM bangsa Indonesia.
B.
Rumusan Masalah
Rumusan
masalah pada penelitian ini adalah Adakah pengaruh
cara persalinan terhadap
perkembangan motorik kasar pada balita di play
group dewi ratih gebang kabupaten jember Tahun 2010 ?
C. Tujuan
Penelitian
1.
Tujuan Umum
Mengidentifikasi pengaruh cara
persalinan terhadap perkembangan motorik kasar pada balita di play group dewi
ratih gebang kabupaten jember 2010
2.
Tujuan Khusus
a)
Mengidentifikasi
jumlah riwayat ibu tentang cara
persalinan
b)
Mengidentifikasi jumlah balita terhadap
perkembangannya
|
1. Manfaat
Teoritis.
Untuk
digunakan sebagai bahan kepustakaan dalam ilmu pengetahuan tentang pengaruh
cara persalinan terhadap gangguan
perkembangan motorik kasar pada balita.
2.
Bagi
Peneliti.
Dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan yang bermanfaat ,dan dapat melatih mahasiswa membuat karya tulis
ilmiah.
3.
Bagi
Praktisi
Untuk menambah informasi dan
sebagai masukan bagi petugas kesehatan setempat khususnya bidan sehingga dapat
memberikan healt education kepada klien mengenai pengaruh cara persalinan terhadap persalinan terhadap perkembangan motorik kasar pada balita.
.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Persalinan
a. Definisi
Persalinan adalah
proses dimana bayi, plasenta, dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu.
Persalinan dimulai sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada
serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara
lengkap. (Asuhan
Persalinan Normal, 2007 : 108).
Persalinan adalah rangkaian proses
yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai
dengan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan progresif pada
serviks, dan diakhiri dengan pelahiran plasenta(Helen Varney. 2001:672).
Persalinan
adalah proses pengeluaran hasil konsepsi
(janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan
melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, tanpa bantuan(kekuatan sendiri)
(Manuaba, 1998).
b. Klasifikasi
Bentuk persalinan nerdasarkan definisi adalah sebagai
berikut:
1)
Persalinan spontan(Normal)
Bila
persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.
2)
Persalinan buatan(Tindakan)
Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar,
misalnya Ekstraksi vakum dan ekstraksi forsep.
Ekstraksi vakum, seperti juga
ekstraksi forsep, merupakan suatu alat yang dipakai untuk memegang kepala janin
yang masih berada dalam jalan lahir. Forsep yang memegang kepala janin dari
samping secara teoritis memberi tenaga pada basis cranii janin, sedangkan
ekstraksi vakum memegang bagian terdepan dari kepala janin, sehingga dapat
dikatakan janin ditarik keluar pada rambutnya(Muchtar, 1998: 430).
3)
Persalinan anjuran
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan
ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan(Manuaba, 1998).
c. Gejala
klinik
1) Tanda dan gejala inpartu termasuk :
a) Penipisan dan pembukaan serviks
b) Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi minimal 2
kali dalam 10 menit)
c) Cairan lendir bercampur darah (“show”)
melalui vagina (Asuhan Persalinan Normal, 2007:37)
d. Etiologi
Apa yang menyebabkan terjadinya persalinan belum diketahui benar, yang ada
hanyalah merupakan teori-teori yang komplek antara lain :
1) Teori penurunan
hormone
1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormone
estrogen dan progesterone. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos
rahim dan akan menyebab kan kekejangan pembuluh darah hingga timbul his dan
kadar progesterone turun.
2) Teori placenta menjadi tua
Hal ini akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan
progesterone yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah hal ini makan
menimbulkan kontraksi rahim.
3) Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan menegang menyebabkan iskemia otot-otot rahim, sehingga
mengganggu sirkulasi utero – plasenta.
4) Teori iritasi
mekanik
Dibelakang serviks terletak ganglion servikale, bila ganglion ini digeser
dan ditekan, misalnya oleh kepala janin, akan timbul kontraksi uterus.
5) Induksi partus, partus dapat pula ditimbulkan
dengan jalan :
a.
Gangguan laminaria: beberapa laminaria dimasukan kedalam
kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus-frankenhauser.
b.
Amniotomi:
pemecahan ketuban.
c.
Oksitosin drips: pemberian oksitosin menurut tetesan per
infus.
e. Tanda dan gejala inpartu termasuk :
1.
Penipisan
dan pembukaan serviks
2.
Kontraksi
uterus yang mengakibatkan perubahan pada
serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 lenit)
3.
Cairan
lendir bercampur darah (“show”) melalui vagina
(Asuhan
Persalinan Normal, 2007:37)
f. Faktor-faktor penting dalam
persalinan :
1) Power : his, kontraksi otot
dinding perut,kontraksi diafragma
Pelvis atau kekuatan mengejan
2) Pasanger : janin
3) Passage : jalan lahir
g. Kala persalinan
1)kala I :Waktu pembukaan
servik ,menjadi lengkap 10 cm
2)Kala II :Pengeluaran janin ,waktu
uterus dengan kekuatan his di tambah
kekuatan mengedan mendorong janin hingga keluar
3)Kala III
: Waktu untuk pelepasan dan pengeluaran kala uri
4)Kala IV : Mulai dari lahirnya uri selama 1-2
jam. (Rustamohchtar:1998)
h.
factor Faktor yang menyebabkan pembukaan servik
1)Mungkin otot otot cervik menarik pada pinggir ostium dan membesarnya.
2)Waku kontraksi segmen bawah rahim dan
cervik diregang oleh isi rahim
Terutama
oleh air ketuban dan ini menyebabkan tarikan pada servik.
3)Waktu kontraksi ,bagian dari selaput yang terdapat
di atas canalis cervikalis ialah disebut ketuban menonjl ke dalam
cervikalis
i. Komplikasi
1.
Komplikasi
persalinan spontan (normal)
a.
Kala
I : ketuban pecah dini, ketuban pecah pembukaan kecil, fase laten panjang,
pecahnya vasa previa, fase aktif memanjang.
b.
Kala I
: kelainan posisi kepala, kala dua panjang, persalinan
terlantar, asfiksia intrauterine, ruptura uteri iminen, ruptura uteri
c.
Kala
III : perluasan robekan,
atonia, retensio plasenta, plasenta rest, robekan
serviks
d.
Kala
IV : atonia uteri, plasenta rest
(Manuaba, 1998)
2.
Komplikasi persalinan buatan (Tindakan)
Ekstraksi Vakum
a.
Pada ibu :
Robekan pada seviks uteri, robekan pada dinding vagina, dan perineum
b.
Pada anak :
Perdarahan dalam otak, kaput suksadeneum artifilasis
Ekstraksi Forsep
a.
Pada ibu : Ruptura uteri, kolpoporheksis, robekan pada portio,
vagina, peritonium, simfisiolisis, syok, perdarahan post partum,
pecahnya varises vagina
b.
Pada anak : Hematoma pada kepala, perdarahan dalam
tengkorak, fraktur kranium, protusio bulbi, perdarahan didalam corpus vitrium
mata, luka lecet pada kepala
2. Perkembangan
a. Definisi
Perkembangan adalah
bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks
dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses
pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh,
jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa
sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku
sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 1997)
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan(skill)dalam stuktur dan fungsi tubuh yang lebih komplek
dalam pola yang teraktur dan dapat diramalkan ,menyangkut adanya proses
diferensi dari sel sel tubuh,jaringan tubuh ,organ organ dan system organ yang
berkembang sedemikian rupa sehingga masing masing dapat
Termasuk juga perkembangan emosi,interektual dan tingkah
laku sebagai interaksi dengan lingkungan.(Nikmatur Rohma ,Saiful wahid:2009).s
b.
Prinsip Perkembangan
1)
Kemampuan dasar anak yang dirangsang dengan stimulus terarah
adalah kemampuan gerak kasar, kemampuan gerak halus, kemampuan bicara dan
bahasa serta kemampuan sosialisasi dan kemandirian. Stimulus adalah kegiatan
merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6
tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal(DEPKES RI. 2005:15)
c.
Perkembangan anak balita
1)
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa
balita. Karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan
menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini perkembangan
kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia
berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya.
Perkembangan moral serta dasar kepribadian juga dibentuk pada masa ini.bahkan
dad sarjana yang mengatakan bahwa “the child is the father of the man”.
Sehingga setiap kelainan atau penyimpangan sekecil apapun apabila tidak
terdeteksi apalagi tidak ditangani dengan baik, akan mengurangi kualitas
sumberdaya manusia kelak kemudian hari.
Dalam perkembangan anak terdapat masa kritis, dimana
diperlukan rangsangan atau stimulasi yang berguna agar potensi berkembang,
sehingga perlu mendapat perhatian.perkembangan psiko sosial sangat dipengaruhi
lingkungan dan interaksi antara anak dengan orang tua atau orang dewasa
lainnya. Perkembangan anak akan optimal apabila interaksi sosial diusahakan
sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkambangannya, bahkan sejak
bayi masih didalam kandungan. Sedangkan lingkungan yang tidak mendukung akan
menghambat perkembangan anak.
d.
Frankerburg dkk. (1981) melalui DDST (Denver
Developmental
Screening Test) mengemukakan 4 parameter perkembanagan
yang dipakai dalam menilai perkembangan anak balita yaitu:
1)
Personal social (kepribadian/timgkah laku sosial).
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri,
bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.
2)
Fine motor adaptive (gerakan motorik halus)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk
mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh
tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang
cermat. Misalnya kemampuan untuk menggambar, memegang sesuatu benda, dll
Kemampuan untuk member erspon terhadap suara, mengikuti
perintah dan berbicara spontan.
3)
Gross motor (perkembangan motorik kasar)
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan sikap tubuh
3. Perkembangan Motorik Kasar
a.
Definisi
Perkembangan
motorik kasar adalah perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui
kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi (Elizabeth B.Hurlock)
b. Prinsip
perkembangan motorik kasar
Di kalangan
para psikolog Amerika awal, William James (1842-1010) telah menyatakan bahwa
pengalaman lahir begitu traumatik sehingga pengalaman itu menimbulkan kejutan
bagi anak, dan trauma psikis diakibatkan oleh robeknya hubungan janin dengan
ibunya. Pernyataan ini dirumuskan kedalam teori pengaruh kelahiran terhadap
perkembangan kepribadian anak (teori Otto Renk tentang birth trauma). Menurut
teori ini, kejutan karena kelahiran menimbulkan kecemasan sebagai pengaruh yang
mengganggu sepanjang hidup. Karena kelahiran merupakan bahaya pertama yang
dialami anak, ia menjadi model bagi semua kecemasan selanjutnya.
Studi
psikologis dan medis telah membuktikan perkiraan ini. Mereka juga memberikan
bukti dari berbagai studi yang telah dilakukan di bidang penelitian ini untuk
menunjukkan apa saja kondisi yang menimbulkan pengaruh kelahiran pada
perkembangan pascalahir. Salah satu diantara beberapa kondisi yang menimbulkan
pengaruh kelahiran pada perkembangan yaitu jenis kelahiran. Secara umum
terdapat dua jenis kelahiran yang berbeda yaitu kelahiran normal atau spontan
dimana proses kelahiran yang terjadi tanpa bantuan dari luar dan kelahiran
dengan tindakan baik dengan bantuan alat ataupun melalui proses pembedahan.
Bayi yang
dilahirkan dengan spontan biasanya lebih cepat dan berhasil menyesuaikan diri
dengan lingkungan barunya dibandingkan dengan bayi yang mengalami proses
kelahiran yang lama dan sulit, dengan menggunakan peralatan atau pembedahan.
Walau demikian, ketegangan ibu yang diakibatkan oleh rasa takut akan proses
lahir atau karena tidak menginginkan anaknya, akan mempersulit proses kelahiran
yang alami dan menyebabkan lebih sulitnya penyesuaian bayi terhadap kehidupan
pascalahir.
Bayi yang
lahir karena persalinan caesar umumnya paling tenang, sedikit menangis
dibanding mereka yang lahir spontan atau dengan bantuan peralatan, dan lebih
sedikit mengeluarkan tenaga dalam pergerakan acak tubuh. Kecuali apabila mereka
mengalami kerusakan otak sebagai akibat sulitnya melakukan pernafasan, biasanya
mereka melakukan penyesuaian yang lebih baik dan cepat dengan kehidupan
pascalahir daripada mereka yang
dilahirkan dengan cara lain(Elizabeth B.Hurlock).
Dalam
sejumlah studi longitudinal, telah diuji dan diamati sejumlah kelompok bayi dan
balita selama beberapa periode untuk melihat kapan timbulnya bentuk perilaku
motorik tertentu, dan untuk menemukan apakah bentuk tersebut serupa untuk anak
yang lain yang umurnya sama. Dari studi tersebut lahir lima prinsip
perkembangan motorik kasar :
1)
Perkembangan motorik bergantung pada kematangan otot dan
syaraf
2)
Belajar keterampilan motorik tidak terjadi sebelum anak
matang
3)
Perkembangan motorik mengikuti pola yang dapat diramalkan
4)
Dimungkinkan menentukan norma perkembangan motorik
5)
Perbedaan individu dalam laju perkembangan motorik
c.
Stimulasi 4 motorik kasar
1)
Jalan
Sebelum
orangtua memberikan stimulasi pada anak, pastikan anak sudah melalui
perkembangan sebelumnya, seperti duduk, merangkak, dan berdiri. Pada kemampuan
motorik kasar ini, yang harus distimulasi adalah kemampuan berdiri, berjalan ke
depan, berjalan ke belakang, berjalan berjingkat, melompat/meloncat, berlari,
berdiri satu kaki, menendang bola, dan lainnya. Berjalan seharusnya dikuasai
saat anak berusia 1 tahun sementara berdiri dengan satu kaki dikuasai saat anak
2 tahun.
Untuk
berjalan, perkembangan yang harus dikuatkan adalah keseimbangan dalam hal
berdiri. Ini berarti, si kecil tak hanya dituntut sekadar berdiri, namun juga
berdiri dalam waktu yang lebih lama (ini berkaitan dengan lamanya otot bekerja,
dalam hal ini otot kaki).
Bila
perkembangan jalan tidak dikembangkan dengan baik, anak akan mengalami gangguan
keseimbangan. Si kecil jadi cenderung kurang pede dan ia pun selalu
menghindari aktivitas yang melibatkan keseimbangan seperti main ayunan,
seluncuran, dan lainnya. Sebaliknya, anak lebih memilih aktivitas pasif seperti
membaca buku, main playstation, dan sebagainya.
Stimulasi:
Orangtua
berdiri berjarak dengan anak sambil memegang mainan yang menarik. Gunakan
karpet bergambar atau tempelkan gambar-gambar yang menarik di lantai. Minta
anak untuk menginjak karpet/lantai. Misalnya, "Ayo Dek, injak gambar
gajahnya!" Mainan seperti mobil-mobilan atau troli yang bisa
didorong-dorong juga bisa membantu anak belajar berjalan.
2)
Lari
Perkembangan
lari akan memengaruhi perkembangan lompat dan lempar serta kemampuan
konsentrasi anak kelak, Pada tugas perkembangan ini, dibutuhkan keseimbangan
tubuh, kecepatan gerakan kaki, ketepatan 4 pola kaki-(heel strike/bertumpu
pada tumit, toe off/telapak kaki mengangkat kemudian kaki bertumpu pada
ujung-ujung jari kaki, swing/kaki berayun dan landing/setelah
mengayun kaki menapak pada alas)dan motor planning (perencanaan gerak).
Lalu apa
hubungan perkembangan lari dengan kemampuan konsentrasi? Begini, pada
perencanaan gerak (salah satu syarat tugas perkembangan lari) dibutuhkan
kemampuan otak untuk membuat perencanaan dan dilaksanakan oleh motorik dalam
bentuk gerak yang terkoordinasi. Nah, kemampuan perencanaan gerak tingkat
tinggi (seperti lari) akan memacu otak melatih konsentrasi.
Jika
perkembangan lari tidak dikembangkan dengan baik, anak akan bermasalah dalam
keseimbangannya, seperti mudah capek dalam beraktivitas fisik, sulit
berkonsentrasi, cenderung menghindari tugas-tugas yang melibatkan konsentrasi
dan aktivitas yang melibatkan kemampuan mental seperti memasang pasel, tak
mau mendengarkan saat guru bercerita (anak justru asyik ke mana-mana), dan
lainnya.
Stimulasi
Lari bisa
dimulai ketika anak berada pada fase jalan, sekitar usia 12 bulan ke atas.
Aktivitasnya bisa berupa menendang bola, main sepeda (mulai roda 4 sampai
bertahap ke roda 3 dan kemudian roda 2) serta naik turun tangga.
3)
Lompat
Kemampuan dasar yang harus dimiliki
anak adalah keseimbangan yang baik, kemampuan koordinasi motorik dan motor
planning (perencanaan gerak). Contoh, saat anak ingin melompati sebuah
tali, ia harus sudah punya rencana apakah akan mendarat dengan satu kaki atau
dua kaki. Kalaupun satu kaki, kaki mana yang akan digunakan.
Jika anak tidak adekuat dalam
perkembangan melompat, biasanya akan menghadapi kesulitan dalam sebuah
perencanaan tugas yang terorganisasi (tugas-tugas yang membutuhkan kemampuan motor
planning).
Stimulasi:
Lompat di
tempat atau di trampolin. Jangan lompat-lompat di tempat tidur karena meski
melatih motorik namun "mengacaukan" kognitif. Dalam arti, mengajarkan perilaku atau mindset
yang tidak baik pada anak. Karena seharusnya tempat tidur bukan tempat
untuk melompat atau bermain.
Lompatan berjarak (gambarlah lingkaran-lingkaran dari kapur
atau gunakan lingkaran holahop yang diatur sedemikian rupa letaknya). Minta
anak untuk melompati lingkaran-lingkaran tersebut, gradasikan tingkat kesulitan
dengan memperlebar jarak dan menggunakan kaki dua lalu satu secara bergantian.
4)
Lempar
Pada fase ini yang berperan adalah sensori keseimbangan, rasa sendi (proprioseptif),
serta visual. Peran yang paling utama adalah proprioseptif, bagaimana
sendi merasakan suatu gerakan atau aktivitas. Umpama, pada saat anak melempar
bola, seberapa kuat atau lemah lemparannya, supaya bola masuk ke dalam
keranjang atau sasaran yang dituju.
Jika kemampuan melempar tidak dikembangkan dengan baik, anak akan
bermasalah dengan aktivitas yang melibatkan gerak ekstrimitas atas (bahu,
lengan bawah, tangan dan jari-jari tangan). Seperti, dalam hal menulis.
Tulisannya akan tampak terlalu menekan sehingga ada beberapa anak yang
tulisannya tembus kertas, atau malahan terlalu kurang menekan (tipis) atau
antara hurufnya jarang-jarang (berjarak). Dalam permainan yang membutuhkan ketepatan
sasaran pun, anak tidak mahir. Umpama, permainan dartboard. Aktivitas
motorik halus lainnya juga terganggu semisal pakai kancing baju, mengenali
sepatu, makan sendiri, meronce, main pasel, menyisir rambut, melempar
sasaran, dan lain-lain. Intinya, stimulasi pada perkembangan ini yang tidak
optimal berindikasi pada keterampilan motorik halus yang bermasalah.
Gangguan lain berkaitan dengan
koordinasi, rasa sendi dan motor planning yang bermasalah.
Contoh, ketika bola dilempar ke arah anak, ada dua kemungkinan respons anak,
yaitu tangan menangkap terlambat sementara bola sudah sampai. Atau tangan
melakukan gerak menangkap terlebih dahulu sementara bola belum sampai.
Seharusnya, respons tangkap anak sesuai dengan stimulus datangnya bola dan anak
bisa memprediksinya. Bila ada gangguan berarti anak bermasalah dalam sensori
integrasinya. Sensori integrasi adalah mengintegrasikan gerak berdasarkan
kemampuan dasar sensori anak. Tentunya ini dapat diatasi dengan terapi yang
mengintegrasikan sensori-sensorinya.
Stimulasi:
Main lempar tangkap bola (gradasikan tingkat kesulitannya) yaitu posisi,
besar bola, berat bola, dan jenis lambungan. Pada posisi bisa dilakukan sambil
duduk kaki lurus, duduk kaki bersila, duduk kaki seperti huruf W ke
belakang, jongkok, dan bahkan berdiri. Pada jenis lambungan, bisa dilakukan
dengan lambungan dari atas, sejajar, atau lambungan dari bawah.
Terlambatnya dalam perkembangan
motorik perkembangan motorik yang terlambat berarti perkembangan motorik yang
berada dibawah norma umur anak. Akibatnya pada umur tertentu anak tidak
menguasai tugas perkembangan yang diharapkan oleh kelompok sosialnya. Sebagai
contoh, anak yang berada dibawah norma untuk dapat berjalan dan makan sendiri,
akan dipandang sebagai anak yang “terbelakang” banyak penyebab terhambatnya
perkembangan motorik, diantaranya meliputi kondisi
ibu yang kurang menyenangkan selama kehamilan, trauma di kepala akibat
kelahiran yang sulit, IQ di bawah normal, perlindungan yang berlebihan atau
kelahiran sebelum waktunya, gizi yang kurang setelah lahir, kurangnya
rangsangan, dorongan dan kesempatan menggerakkan semua bagian tubuh akan dapat
memperlambat perkembangan kemampuan motorik anak, sebagian dapat
dikendalikan dan sebagian lagi tidak. Hal itmungkin timbul dari kerusakan otak
pada waktu lahir atau kondisi pralahir yang tidak menguntungkan atau lingkungan
yang tidak menyenangkan pada permulaan pascalahir. Akan tetapi, keterlambatan
lebih sering disebabkan oleh kurangnya kesempatan untuk mempelajari
keterampilan motorik, perlindungan orang tua yang berlebihan, atau kurangnya
motovasi anak untuk mempelajarinya (Elizabeth
B.Hurlock).
Motorik
merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang
terkoordinasi antara susunan saraf, otot dan serabut saraf spinal (Amori, 2008:
1). Motorik kasar merupakan area terbesar perkembangan di usia balita (Irwan,
2008: 1) diawali dengan kemampuan duduk,
merangkak, berdiri dan diakhiri dengan berjalan. Kemampuan gerak ditentukan oleh
perkembangan kekuatan otot, tulang, dan koordinasi otak untuk menjaga
keseimbangan tubuh dan telah dijelaskan bahwa salah satu kondisi yang
mempengaruhi laju perkembangan motorik adalah kelahiran yang sukar, khususnya
apabila ada kerusakan pada otak akan memperlambat perkembangan motorik.
Terlambatnya
perkembangan pada anak dibawah usia 6 tahun seringkali merupakan gejala awal
dari retardasi mental. Perkembangan motorik kasar anak dinyatakan terlambat
apabila pada skrining terdapat keterlambatan pada salah satu atau beberapa dari
aspek perkembangan motorik kasar.
Perkembangan motorik kasar terlambat
terjadi karena faktor-faktor yang mempengaruhi dan menghambat proses tumbuh
kembang terjadi pada:
a)
Masa sebelum lahir (antenatal)
:
Adanya
kelainan genetik (Sindroma Down, Turner), gizi ibu hamil yang tidak adekuat
kekurangan makronutrien dan atau mikronutrien, dan infeksi TORCH
(Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes)
b)
Masa persalinan (natal) :
Asfiksia yang terjadi karena gangguan pada plasenta dan tali pusat, kesukaran persalinan, infeksi, trauma lahir, dan tindakan pada
persalinan patologik.
c)
Masa pasca persalinan (post
natal) :
Pola asuh yang salah dan infeksi, gangguan syaraf dan
perilaku karena pengaruh lingkungan yang tidak optimal. Gejala klinik dari
gangguan tersebut antara lain : Kemampuan anak yang tidak sesuai dengan
milestone/tahap umurnya. Kelainan bawaan/kongenital, Sindroma Down, Turner dll.
Hipotiroid, Gagal Tumbuh, Perawakan pendek (Moersintowarti B.Narendra, dkk,
2010).
(1)
Contoh keterlambatan perkembangan motorik antara lain:
(a) Belum dapat
tengkurap dari posisi terlentang sampai umur 8 bulan
(b) Tidak dapat
duduk sampai umur 16 bulan
(c) Tidak dapat
merambat sampai 16 bulan
(d)Tidak dapat berjalan sampai
umur 18 bulan
(2)
Contoh penyimpangan perkembangan motorik:
(a) Bayi yang
merangkak sebelum duduk
(b) Bayi yang
dalam posisi terlentang ditarik kedua tanganya, ia tidak duduk tapi langsung
berdiri.
(c) Kadang-kadang
ditemukan anak yang berjalan dengan ujung jari kaki, terutama 2 tahun pertama,
hal ini dapat normal dan dapat abnormal. (YPAC Semarang, 2008).
d)
Upaya untuk meningkatkan kualitas
tumbuh kembang anak
Tumbuh kembang anak merupakan hasil
interaksi faktor genetik dan faktor lingkungan, baik lingkungan sebelum anak
dilahirkan maupun lingkungan setelah anak itu lahir.
1)
Faktor
pralahir
Supaya janin selama dikandung dapat
tumbuh dengan baik, harus dijaga agar setiap kelainan diketahui sedini mungkin
dengan melakukan pemeriksaan kehamilan yang teratur. Hal-hal yang perlu
mendapatkan perhatian diantaranya:
(a)
Gizi ibu pada waktu hamil
Kenaikan
berat badan wanita hamil yang baik selama kehamilan adalah 10– 12,5 kg, supaya
pada saat lahir berat badan bayi tidak rendah. Berat badan bayi rendah selain
menyebabkan tingginya jumlah bayi yang sakit/meninggal, juga lebih beresiko
buruk terhadap tumbuh kembang anak selanjutnya. Untuk mencapai hal tersebut
dianjurkan pada ibu hamil untuk meningkatkan kalori makanan yang dimakan dengan
tambahan sekitar satu porsi makanan lebih banyak daripada sebelum hamil dan
juga yang mengandung gizi lengkap. Juga ditambah vitamin-vitamin yang terutama
mengandung zat besi supaya ibu tidak menderita anemia yang juga akan
berpengaruh buruk pada janin yang dikandungnya.
(b)
Penyakit pada ibu
Hampir semua
penyakit berat yang diderita ibu pada saat hamil dapat mengakibatkan keguguran,
lahir mati, atau berat badan bayi rendah. Juga beberapa dapat menyebabkan
infeksi pada janin, gangguan pertumbuhan janin, bahkan cacat bawaan. Infeksi
yang sering menyebabkan cacat bawaan, yang terkenal adalah TORCH
(Toksoplasosis, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes simplex), yang lainnya yang
juga berpengaruh adalah cacar air, hepatitis, campak, dan lain-lain. Selain
yang tersebut diatas beberapa penyakit ibu yang berpengaruh buruk pada janin
diantaranya adalah hipertensi, penyakit jantung, ginjal, asma, kencing manis.
Oleh karena itu dianjurkan sebelum dan selama hamil ibu memeriksakan
kesehatannya secara teratur.
2)
Faktor Pada Saat Lahir
Persalinan
yang berjalan mulus tanpa komplikasi pada bayinya akan memberi dampak yang baik
bagi tumbuh kembang anak di kemudian hari. Karena berbagai komplikasi
persalinan seperti anak tidak segera menangis saat lahir (asfiksia), trauma
lahir, dapat mengakibatkan kelainan tumbuh kembang. Oleh karena itu perawatan
pralahir sangat penting, dengan perawatan pralahir yang baik, akan dapat
dilakukan tindakan secara lebih awal sehingga bayi lahir dengan sel
3)
Faktor Setelah Lahir
Bagaimana
caranya untuk medapatkan anak yang sehat? Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan diantaranya:
(a)
Gizi anak
Makanan
memegang peranan amat penting dalam tumbuh kembang anak, karena anak sedang
tumbuh sehingga kebutuhannya berbeda dengan orang dewasa. Pemberian ASI sangat
penting bagi bayi karena selain nilai gizinya yang tinggi, terdapat zat-zat
kekebalan yang melindungi anak dari berbagai macam infeksi. Disamping itu
dengan menyusui akan mendekatkan hubungan anak-ibu. Sentuhan serta belaian ibu
saat bayi berada dalam dekapannya memberikan rasa aman sehingga menenangkan
bayi. ASI adalah makanan terbaik yang dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk
tumbuh kembang bayi dibulan-bulan pertama kehidupannya. Dianjurkan pemberian
ASI saja tanpa makanan apapun pada bayi sampai 6 bulan (ASI ekslusif). Bila
kondisi ASI ibu (jumlah dan kualitasnya) tidak memenuhi kebutuhan gizi bayi,
yang ditandai dengan kenaikan berat badan yang tidak adekuat, maka perlu
diberikan pengganti ASI (PASI) untuk bayi usia dibawah 4 bulan, dan makanan
pendamping ASI (M-PASI) untuk bayi usia diatas 4 bulan. Pengaturan makanan
selanjutnya harus disesuaikan dengan usia anak. Makanan harus mengandung energi
dan semua zat gizi (karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral) yang
dibutuhkan pada tingkat usianya. Pemberian makanan pendamping harus bertahap
dan bervariasi dari mulai bentuk bubur cair ke bentuk bubur kental, sari buah,
buah segar, makanan lumat, makanan lembek dan akhirnya makanan padat. Pada usia
1-2 tahun perlu diperkenalkan pola makanan dewasa secara bertahap dengan menu
seimbang.
(b)
Kesehatan anak
Kesehatan
anak harus mendapat perhatian dari orang tua, yaitu dengan cara segera membawa
anaknya yang sakit ke tempat pelayanan kesehatan yang terdekat. Anak yang sehat
pada umumnya akan tumbuh dan berkembang dengan baik. Monitoring pertumbuhan
anak dengan KMS, merupakan usaha untuk mencegah terjadinya gangguan pertumbuhan
pada anak. Sebaiknya anak sampai umur 3 tahun ditimbang tiap bulan. Dengan KMS
kita bisa mengetahui status kesehatan anak.
(b ) Imunisasi
Imunisasi adalah pemberian kekebalan agar
anak tidak mudah terserang atau tertular penyakit. Pemberian imunisasi harus
sedini mungkin dan lengkap. Imunisasi yang wajib diberikan adalah BCG,
hepatitis B, polio, DPT, dan campak, sedangkan yang dianjurkan adalah Hib, MMR,
tifoid, hepatitis A, dan varisela.
(c)
Stimulasi (perangsangan)
Stimulasi adalah perangsangan (penglihatan,
bicara, pendengaran, perabaan) yang datang dari lingkungan anak. Anak yang
mendapat stimulasi yang terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan anak
yang kurang bahkan tidak mendapat stimulasi. Memberikan perhatian dan kasih
sayang merupakan stimulasi yang penting pada awal perkembangan anak, misalnya
dengan bercakap-cakap, membelai, mencium, bermain dll. Buku bacaan anak akan
menambah kemampuan berbahasa, berkomunikasi, serta menambah wawasan terhadap
lingkungannya. Bermain dan olah raga (melempar/menangkap bola, melompat, naik
sepeda dll) baik untuk perkembangan motorik dan pertumbuhan otot-otot tubuh.
(d)
Perumahan
Perumahan yang layak, ventilasi dan
pencahayaan cukup, tidak penuh sesak, akan menjamin keselamatan dan kesehatan
penghuninya.
(e)
Sanitasi lingkungan
Kebersihan
baik perorangan maupun lingkungan memegang peranan penting dalam tumbuh kembang
anak. Dengan kebersihan yang baik dapat mencegah/mengurangi terjadinya
penyakit-penyakit kulit, diare, saluran pernafasan, demam berdarah dll.
(f)
Keluarga
Suasana damai dan kasih sayang dalam keluarga
sangat penting dalam tumbuh kembang anak (Garna H, 2009)
(g) Kemampuan
gerak motorik kasar pada balita usia 15,18 ,24 .36 bulan. 4 ,5 Tahun
Tabel 2.1 Kemampuan gerak motorik kasar pada balita usia
Umur dalam
bulan
|
Motor
behaviour
|
15 bulan
18 bulan
24 bulan
36 bulan
4 tahun
|
|
(Nikmatur
rohma, Saifful :2009)
4.DDST
(Denver Development Screening Test
1.
Definisi
DDST
adalah salah satu dari metode screening terhadap kelainan perkmbangan anak,
test ini bukanlah test diagnosa atau test IQ.
DDST adalah
skrining dan pemantauan perkembangan anak yang dilakukan secara berkala dan
teratur sejak anak lahir sampai usia 6 tahun.(Nikmatur Rohma ,saiful wahet:2009)
DDST
memenuhi semua persyaratan yang diperlukan untuk metode screening yang baik.
Test ini mudah dan cepat (15-20menit), dapat diandalkan dan menunjukkan
validitas yang tinggi. Dari beberapa pelitian yang pernah dilakukan ternyata
DDST secara efektif dapat mengidentifikasikan 85-100% bayi dan anak prasekolah
yang mengalami keterlambatan perkembangan, dan pada “follow up”
selanjutnya ternyata 89% dari kelompok DDST abnormal mengalami kegagalan
disekolah 5-6 tahun kemudian.
Tetapi dari
penelitian Borrowitz (1986) menunjukkan bahwa DDST tidak dapat
mengidentifikasikan lebih dari separuh anak dengan kelainan bicara. Frankenburg
melakukan revisi dan standarisasi kembali DDST dan juga tugas perkembangan pada
sektor bahasa ditambah, yang kemudian hasil revisi DDST yang dinamakan Denver
II.
2.
Aspek Perkembangan yang dinilai
Terdiri
dari 125 tugas perkembangan. Tugas yang diperiksa setiap kali skrining hanya
berkisar 25-30 tugas
Ada 4 sektor perkembangan yang dinilai:
a)
Personal
Social (perilaku sosial)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri,
bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.
b)
Fine
Motor Adaptive (gerakan motorik halus)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk
mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh
tertentu dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang
cermat.
c)
Language (bahasa)
Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara,
mengikuti perintah dan berbicara spontan
d)
Gross
motor (gerakan motorik kasar)
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
3.
Alat yang digunakan
1.
Alat peraga :Benang
wol merah, kismis/ manik-manik, Peralatan makan, peralatan gosok gigi, kartu/
permainan ular tangga, pakaian, buku gambar/ kertas, pensil, kubus warna
merah-kuning-hijau-biru, kertas warna (tergantung usia kronologis anak saat
diperiksa).
2.
Lembar formulir DDST II
3.
Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan
cara-cara melakukan tes dan cara penilaiannya.
4.
Menghitung usia anak
a)
Instruksi umum
Usia anak
didapat dari tanggal pengetesan dikurangi tanggal lahir, bila penambahan, maka
1 tahun = 12 bulan =30 hari. Contoh : tanggal test 15 September 2004, anak
lahir tanggal 10 maret 2000 maka usianya:
THN BLN TGL
Tanggal test
2004 - 9 - 15
Tanggal
lahir 2000 - 3 - 10
Umur anak 4
thn 6 bln 5 hr
5.
Pelaksanaan Tes
a)
Instruksi umum
Pemeriksaan
DDST II dapat dilaksanakan berulang kali dari usia 0 hingga 6 tahun. Gunakan
lembar yang sama untuk pemeriksaan selanjutnya pada satu anak, untuk
membedakannya, dapat menggunakan warna pensil yang berbeda.
b) Laporan
Saat test
dilakukan, usahakan anak dalam keadaan terbaiknya dan pengasuh memberikan
laporan yang akurat, sehingga saat dilakukan test, anak harus di dampingi oleh
orang tua maupun penagasuhnya. Anak dapat duduk dipangku pengasuhnya, sedangkan
yang sudah besar dapat duduk sendiri. Posisi anak sedapat mungkin dapat meraih
benda-benda yabg digunakan.
b)
Introduction
Pelaksanaan
menanyakan kapan anak lahir, apakah sesuai HPL atau prematur. Hitung usia anak,
Jelaskan tentang tujuan dari pemeriksaan ini, bahwa DDST II bukanlah IQ test
dan tidak harus melalui semua butir yang ditest kan.
c)
Prosedur DDST terdiri dari 2 tahap, yaitu:
1)
Tahap pertama: secara periodik dilakukan pada semua anak
yang berusia:
3 - 6 bulan
9 - 12 bulan
18 - 24 bulan
3 – 5 tahun
2)
Tahap kedua: dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya
hambatan perkembangan pada tahap pertama. Kemudian dilanjutkan dengan evaluasi
diagnostik yang lengkap.
d)
Penilaian
Skor dari tiap tes ditulis pada kotak segiempat/batang
dekat tanda 50%
1)
“ P ” :
Passed/Lulus/Lewat
Anak melakukan item dengan baik atau ibu/pengasuh memberi
laporan (tepat dan dapat dipercaya) bahwa anak dapat melakukannya.
2)
“ F ” :
Fail/gagal
Anak tidak dapat melakukan item tugas dengan baik atau
ibu/pengasuh memberi laporan anak tidak melakukan dengan baik.
3)
“ NO ”: No Opportunity/tidak ada kesempatan
Anak tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan item
kerena ada hambatan.
Interpretasi tes :
(a)
Normal
Bila tidak ada kelambatan/”delays” dan maksimum
satu kewaspadaan/”caution”.
(b)
Suspect
Bila didapatkan dua atau lebih kelambatan/”caution”
dan atau satu atau lebih keterlambatan”delays”.
(c)
Untestable/tidak dapat diuji
Bila ada skor penolakan pada satu atau lebih item dengan
lengkap ke kiri garis usia atau menolak pada lebih dari satu item tes yang
ditembus garis usia pada daerah75% sampai 90%.
e)
Petunjuk pelaksanaan item-item DENVER II(motorik kasar)
1)
Gerakan seimbang
Tidur anak terlentang, amati kegiatan dari lengan dan
kaki anak. Lulus bila anak menggerakan lengan dan kaki dengan seimbang. Gagal
bila lengan dan atau kaki tidak bergerak sama banyaknya dengan yang lain.
2)
Mengangkat kepala
Letakkan perut anak agar bersentuhan dengan permukaan
yang rata. Lulus bila anak mengangkat kepalanya paling tidak sebentar sehingga
dagu berjauhan dengan permukaan tanpa menengok kekanan atau kekiri atau bila
orangtua melaporkan anak dapat melakukan ini.
3)
Kepala terangkat 45°
Letakkan perut anak agar bersentuhan dengan permukaan
yang rata. Lulus bila anak mengangkat kepalanya sehingga wajah membuat sudut 45° dari permukaan paling tidak
selama beberapa detik, anak akan melihat kemeja didepannya, lulus kepala
terangkat 45° juga lulus
mengangka kepala.
4)
Kepala terangkat 90°
Letakkan perut anak agar bersentuhan dengan permukaan
yang rata. Lulus bila anak mengangkat kepala dan dada sehingga membuat sudut 90° dari permukaan paling tidak
selama beberapa detik, anak akan melihat lurus keatas dan biasanya akan menumpu
pada kedua lengan, lulus kepala terangkat 90° dan lulus juga kepala terangkat 45° dan mengangkat kepala.
5)
Duduk kepala tegak
Pegang anak dalam posisi duduk. Lulus bila anak dapat
mempertahankan kepalanya tegak dan tanpa ada gerakan turun naik paling tidak
selama beberapa detik
6)
Menumpu beban pada kaki
Pegang anak dalam posisi berdiri agar kedua kakinya
menapak diatas meja. Perlahan lepaskan pegangan tangan anda dari badannya
tetapi dekatkan tangan kekaki dan pahanya.
7)
Dada terangkat menumpu pada lengan
Letakkan perut anak agar bersentuhan dengan permukaan
yang rata. Lulus bila anak mengangkat kepala dan dada menggunakan tenaga dari
kedua lengan yang membentang agar terlihat anak mengangkat kepala lurus.
8)
Membalik
Selama tes, perhatikan bila anak membalik dari tengkurep
ke terlentang. Bila tidak terlihat, tanyakan ke orangtua apakah anak telah
membalik dengan baik dari terlentang ke tengkurep atau dari tengkurep ke
terlentang, paling tidak dua kali. Lulus bila teramati anak membalik sempurna
atau bila orangtua melaporkan anak melakukan ini paing tidak dua kali.
9)
Bangkit kepala tegak
Letakkan anak terlentang. Pegang tangan dan pergelangan
tangan anak lalu dengan mantap dan lambat tarik anak ke posisi dudk.bila dengan
tiba-tiba kepala terjatuh, jangan lanjutkan untuk mengangkat anak dalam semua
cara ke posisi duduk. Lulus bila kepala anak tidak terjatuh dalam beberapa
saat, saat badan diangkat. Anak juga akan tertarik dengan anda, menggunakan
bahu dan otot-otot leher.
10)
Duduk tanpa pegangan
Pegang anak dalam posisi duduk diatas meja. Pastikan anak
tidak jatuh, dengan perlahan lepaskan tangan anda. Lulus bila anak duduk
sendiri selama 5 detik atau lebih. Anak dapat meletakkan tangan diatas paha
atau diatas meja untuk menyangga.
11)
Berdiri dengan pegangan
Letakkan anak dalam posisi berdiri dengan berpegangan
pada benda yang keras, seperti kursi(bukan orang). Lulus bila anak berdiri
selama 5 detik atau lebih.
12)
Bangkit untuk berdiri
Letakkan anak duduk di lantai disamping kursi atau meja
yang rendah. Doronglah anak berdiri dengan meletakkan mainan diatas kursi atau
meja. Lulus bila anak menarik badannya sendiri kearah posisi berdiri.
13)
Bangkit terus duduk
Saat anak berbaring atau
dipegang berdiri, doronglah anak untuk ke posisi duduk. Bila tidak terlihat,
tanyakan ke orangtua apa anak dapat ke posisis duduk dengan usaha sendiri.
Lulus bila anda melihat anak melakukan ini/orangtua melaporkan anak dapat
melakukannya.
14).
Berdiri 2 detik
Berdirikan anak di lantai. Setelah ia nampaknya telah menyeimbangkan
badan, cobalah untuk menyangga dari jarak dekat. Lulus bila terlihat anak
berdiri tanpa ada sanggahan selama 2 detik atau lebih.
15).Berdiri
sendiri
Pelaksanaan prosedur item ini
sama dengan berdiri “2 detik”. Lulus bila terlihat anak berdiri tanpa ada
sanggahan selama 10 detik atau lebih, luls pada item ini maka item berdiri
dengan berpegangan juga lulus.
16).Membungkuk
kemudian berdiri
Saat anak berdiri di lantai tanpa sanggahan/pegangan,
letakkan mainan atau bola di lantai dan doronglah anak untuk mengambilnya.
Lulus bila anak membungkuk ambil benda lalu berdiri tanpa pegangan /duduk.
17).Berjalan
dengan baik
Amati apa anak sudah berjalan. Lulus bila anak
menyeimbangkan tubuh dengan baik, jarang jatuh dan tidak miring.
18).Berjalan
mundur
Doronglah anak berjalan mundur dengan ditunjukkan, atau
perhatikan bila anak melakukannya selama tes. Bila tidak teramati, tanyakan ke
orangtua apa anak dapat berjalan mundur. Memungkinkan dengan mainan atau
membuka pintu atau penarik. Lulus bila melangkah beberapa langkah mundur tanpa
duduk atau bila orangtua melaporkan anak dapa melakukan itu.
19).Lari
Doronglah anak berlari, dapat
dengan melemparkan bola ke dia dengan sengaja. Lulus bila anak dapat berlari
baik (bukan jalan cepat tanpa jatuh/tergelincir).
20).Berjalan
naik tangga
Tanyakan ke orangtua bagaimana anaknya naik tangga. Lulus
bila anak dapat naik tangga, boleh gunakan pegangan disepanjang tangga atau
dinding, tapi ia tidak boleh berpegangan pada seseorang.
21).Menendang
bola kedepan
Letakkan bola disekitar/didepan anak. Katakan agar anak
menendang. Anda dapat melihat bagaimana anak melakukannya. Lulus bila anak
menendang bola kedepan tanpa berpegangan. Bola digelinding atau didorong dengan
kaki, memukul bola atau menyentuh bola diskor gagal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar